Jumat 18 Aug 2017 09:08 WIB
HUT Bung Hatta

Merasakan Denyut Nadi Koperasi Tertua

Koperasi Simpan Pinjam Simpenan Pameungkeut Banda (SPB), Kota Tasikmalaya.
Foto: Republik/Rizky Suryarandika
Koperasi Simpan Pinjam Simpenan Pameungkeut Banda (SPB), Kota Tasikmalaya.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Rizky Suryandika, wartawan Republika.co.id

Koperasi tertua di Indonesia. Itulah gelar yang disematkan kepada Koperasi Simpan Pinjam Simpenan Pameungkeut Banda (KSP-SPB), Tasikmalaya. Pada papan namanya bahkan terpampang hari lahirnya, yaitu 5 April 1934.

Usianya jelas lebih tua dari hari lahir Koperasi Indonesia yang tahun ini menginjak usia 70 tahun. Tua, memang, tetapi tidak diistimewakan.

Republika.co.id datang pertama kali pada 12 Juli usai KSP-SPB menggelar syukuran Hari Koperasi. Beralaskan lantai yang telah menguning seiring waktu, Ketua KSP-SPB Abjad Kadar mengatakan, koperasinya menggelar syukuran kecil-kecilan sekaligus menandatangani bentangan kain putih.

"Ya, kami memperingatinya hanya sederhana, sambil ngobrol-ngobrol dan makan-makan dengan anggota saja," ujarnya. Mereka yang ia sebut anggota, sama halnya dengan usia KSP-SPB, juga rata-rata berusia uzur.

Begitu juga dengan karyawan yang bekerja di gedung yang tak banyak mengalami perubahan itu. Dalam beroperasi, KSP-SPB masih minim sentuhan teknologi. Kebanyakan transaksi dijalankan secara manual. Misalnya, transaksi simpan pinjam dilakukan secara langsung tanpa melalui rekening bank. Pencatatan transaksinya pun dalam sebuah buku besar.

Gedung yang terletak di Jalan Raden Ikik Wiriadikarta, Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya, ini telah menjadi saksi KSP-SPB dalam menjaga tujuan sang pendiri, Raden Ahmad Ahmadja dan Kosim Jamiharga, mengentaskan kemiskinan. Minimal sejak tahun 1985, ketika KSP mulai pindah ke jalan tersebut.

Dengan modal seadanya, berdirilah koperasi yang ketika itu bernama Simpenan Pamengkuet Banda. Maknanya pun sangat dalam, yaitu 'pengikat harta bersama'."Gedung KSP-SPB menjadi saksi perjuangan koperasi dalam memberantas kemiskinan dan kebodohan," ujar Abjad.

Abjad mengatakan, pendirian koperasi disertai niat untuk menyejahterakan bangsa Indonesia dan terlepas dari rentenir. Ketika koperasi berdiri 1934, masyarakat yang kesulitan makin sulit karena terjerat utang dengan rentenir.

Keduanya pun mendirikan KSP-SPB yang saat itu belum berkantor di Jalan Raden Ikik Wiriadikarta. Kantornya masih terletak di rumah pegawai KSP-SPB di Jalan PLN. Ketika itu, KSP-SPB buka tiga kali dalam sepekan.

Sekretaris KSP-SPB Jajang Subardja menambahkan, saat ini bantuan yang diterima koperasi itu amat minim. Sehingga, kesulitan dana cair kerap diderita apalagi ketika periode tahun ajaran pelajaran baru dan jelang hari raya keagamaan.

Berdasarkan penuturan Jajang pula, tak pernah ada pejabat tinggi pemerintah pusat yang datang mengunjungi. Termasuk, Mohammad Hatta selaku Bapak Koperasi, menurut dia, belum mengunjungi KSP-SPB.

"Belum pernah ada menteri ke sini, apalagi presiden. Kami jalan sendiri," kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement