Jumat 20 Sep 2013 23:33 WIB

Kecewa dengan LCGC, ITS Luncurkan EC-ITS II

Mobil murah (ilustrasi)
Foto: r3870me
Mobil murah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya meluncurkan mobil listrik generasi kedua atau EC-ITS II warna merah untuk menyaingi mobil murah yang digagas pemerintah.

"Kami kecewa dengan kebijakan mobil murah, karena hal itu akan mematikan mobil nasional dan mobil nasional akan semakin jauh dari cita-cita. Kalau semua impor, kapan kita bisa membuktikan," kata Rektor ITS Tri Yogi Yuwono, Jumat (20/9).

Ia menambahkan, ITS sudah siap untuk mendukung mobil nasional dengan 90 persen komponen dalam negeri. "Mobil listrik EC-ITS II warna merah yang melengkapi mobil listrik EC-ITS I yang masih sedang perbaikan pasca-terbakar membuktikan kesiapan ITS untuk tugas mobil nasional itu, tapi semuanya bergantung goodwill pemerintah," lanjutnya.

Menurut dia, ITS hanya lembaga riset yang memiliki inovasi teknologi dan sumber daya manusia (SDM). Sedangkan produksi massal hanya bisa dilakukan oleh pabrikan. "Di sini dibutuhkan kerja sama ABG, yakni akademisi, businessman dan government," katanya.

Secara terpisah, anggota Tim EC-ITS II Grangsang Sotyaramadhani mengatakan bodi mobil ini 100 persen memakai pelat baja produksi dalam negeri. Termasuk kaca, alas, dan ban, kecuali baterai dan motor listrik yang masih memakai produk luar negeri.

"Itu karena memang belum diproduksi di Indonesia. Untuk spedometer dan GPS, kami rancang dari Komputer tablet yang dibongkar secara total. Speedometer-nya tidak hanya berisi informasi tentang kecepatan, tapi kekuatan baterai dan indikator lampu," katanya.

Inisiator dan dosen pembimbing, M Nur Yuniarto menambahkan, unit ini menggunakan motor listrik 60 kw. Sehingga, kecepatan yang dihasilkan maksimum 150 km per jam. Jauh lebih baik ketimbang generasi pertama yang hanya 50 km per jam.

Jika dibandingkan dengan mobil konvensional berbahan bakar minyak, ujarnya, maka EC-ITS memiliki tingkat efisiensi lebih tinggi. Karena sekali pengisian baterai (maksimal 10 jam dengan listrik 5 ampere 220 volt) menghasilkan efisiensi 1:4.

"Yang jelas, tingkat safety jauh lebih aman dibandingkan dengan generasi pertama. Karena mobil itu menempatkan sistem baterai di bawah jok agar bisa didistribusikan ke seluruh bagian mobil," katanya seraya menyebut biaya riset dan pembuatan selama 4-5 bulan berkisar Rp 400 juta.

Rencananya, mobil listrik EC-ITS II akan digunakan dalam ajang APEC di Bali, Oktober mendatang. Selain itu, ITS juga berencana memproduksi dua mobil untuk riset dan sekaligus keliling kawasan kampus.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement