Rabu 19 Jul 2017 22:07 WIB

Mahasiswa Indonesia Gaet 'Best Delegate' Teimun 2017

Lima mahasiswa delegasi mahasiswa Universitas Indonesia (UI) mendapatkan penghargaan TEIMUN 2017 di Den Haag, Belanda, pada 9-16 Juli 2017.
Foto: PPI Belanda
Lima mahasiswa delegasi mahasiswa Universitas Indonesia (UI) mendapatkan penghargaan TEIMUN 2017 di Den Haag, Belanda, pada 9-16 Juli 2017.

REPUBLIKA.CO.ID, DEHN HAAG -- Persiapan yang matang, penguasaan materi, dan percaya diri yang kuat, menjadi kunci sukses lima delegasi mahasiswa Universitas Indonesia (UI). Berkat hal itu, mereka mendapatkan penghargaan Teimun 2017 di Den Haag 9-16 Juli 2017, yaitu 'Best Delegate'.

Teimun adalah salah satu Model United Nations (MUN) tertua di Eropa untuk para mahasiswa di berbagai belahan dunia. Melalui Teimun, para mahasiswa dapat belajar mengenai organisasi internasional, seperti PBB dan NATO. Mereka pun memperoleh gambaran mengenai pola kerja dan proses pengambilan keputusan melalui simulasi PBB. 

Acara ini diikuti ratusan mahasiswa dari puluhan negara sejak 1987. PAda Teimun 2017 kali ini tak kurang dari 300-an mahasiswa dari 70 negara berpartisipasi. Termasuk delegasi dari Indonesia.

 

Ada tiga kategori juara yang dilombakan di Teimun 2017. Yaitu: best delegate, most outstanding delegate, dan honorable mention. Lomba tersebut terbagi dalam tujuh dewan (councils), yaitu Historic Crisis Council , Human Rights Council, Security Council, General Assembly Council, North Atlantic Council, European Council, dan International Court of Justice.

Penerima penghargaan dari Universitas Indonesia adalah : Joviana Huenza FHUI- angkatan 2016), Juan Octavian Sidauruk FTUI 2013, Dominique Virgil Tuapetel FHUI 2015, Zahrana Nadifa Ramadhanty FISIP 2015 dan Fatih Angling Darmo, FEB 2016. Joviana Henza dan Juan Octavian mendapat penghargaan Best Delegate of  Security  Council, dengan Topik South Sudan Civil War & Yaman Civil War.

Dominique Tuapetel di Human Rights Council, mengambil topik Statelessness dan Harmful Traditional Practice against Women. Fatih Angling Darmo di Historical Crisis dengan topik: Peace of Westphalia. Dan Zahrana di General Assembly dengan topik  Disaster Resilience dan Education in Rural Areas.

Menurut Joviana, berpartisipasi di Teimun 2017, selain memberi pengalaman berkompetisi ditingkat internasional, juga menjalin network. “Latihan intensif yang kami lakukan selama sembilan bulan membuahkan hasil. Di acara ini  kami belajar bagaimana membuat resolusi, pidato dan melakukan negosiasi. Sangat menantang dan juga berkesan,” katanya.

Joviana mengaku,  awalnya sempat minder dengan delegasi dari negara maju yang bergelar master dan dari universitas ternama serta pengalaman mengikuti acara ini 7-10 kali. Tapi, karena percaya diri dan penguasaan materi tadi, maka ia dan teman-temannya sesama mahasiswa mendapat penghargaan Best Delegate.

Menurut Dominique Virgil Tuapetel, salah satu penerima penghargaan, berdiskusi dengan orang-orang dari luar negeri yang pintar dan kritis, sehingga setiap pendapat dan argumen kami harus sesuai dengan logic base mereka yang kuat.

“Kompetisi yang tidak hanya menantang namun juga menyenangkan dan menjadi tempat untuk mengembangkan diri menjadi lebih baik. Kami memperoleh banyak teman baru dari berbagai negara, yang sekarang sudah seperti keluarga bagi kami. Pelaksanaan acaranya sangat disiplin dan tepat sasaran, dengan pembicara yang kompeten. Diadakan pula ekskursi ke berbagai institusi di Den Haag, seperti ICTY (International Criminal Tribunal for Former Yugoslavia), ICC (International Criminal Court)," kata Dominique.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement