Kamis 13 Jul 2017 11:38 WIB

UIN Ar-Raniry Seleksi Calon Penerima Beasiswa 5.000 Doktor

Suasana seleksi calon penerima beasiswa 5.000 doktor di UIN Ar-Raniry, Banda Aceh, Rabu (12/7).
Foto: Dok UIN Ar-Raniry
Suasana seleksi calon penerima beasiswa 5.000 doktor di UIN Ar-Raniry, Banda Aceh, Rabu (12/7).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh melakukan seleksi calon mahasiswa penerima beasiswa program 5.000 doktor. Sebanyak 38 calon penerima beasiswa kembali bersaing untuk mendapatkan beasiswa dari Kementerian Agama, Rabu (12/7).

Pada tahun ketiga ini, Kementerian Agama (Kemenag) melonggarkan peraturan seleksi dengan memperbolehkan peserta mengikuti ujian di luar kampus tujuan.

Wakil Direktur Pascasarjana UIN Ar-Raniry, Salman Abdul Muthalib menjelaskan, beasiswa 5.000 doktor ini merupakan program Kemenag yang bertujuan mempercepat pengembangan sumber daya manusia (SDM) di perguruan tinggi Agama Islam.  Baik negeri maupun swasta.

Ia menyebutkan, program ini diperuntukkan bagi tenaga pengajar yang telah memiliki nomor induk dosen nasional (NIDN). “Sejak 2015, Kemenag menargetkan pemberian beasiswa kepada seribu mahasiswa doktoral setiap tahunnya,” kata Salman dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Kamis (13/7).

 

Meski program ini ditargetkan akan selesai pada 2019, kata Salman, bukan hal yang mustahil jika beasiswa serupa masih dilanjutkan untuk tahun-tahun setelahnya. “Alasannya, jumlah lulusan program doktor di Indonesia masih terbatas,” tuturnya.

Dari total 38 peserta, 19 memilih tempat studi di pasca UIN Ar-Raniry, selebihnya mereka yang memilih tempat studi di luar Aceh. “Di antara universitas yg ada di luar Aceh yg diminati oleh peserta tahun ini adalah UIN Sunan Ampel Surabaya, UIN Imam Bonjol Padang, UIN Malang, UIN Sumatera Utara Medan dan beberapa perguruan tinggi lainnya,”  ungkap Salman.

Ia menjelaskan, program beasiswa 5.000 doktor hanya diberikan untuk program-program perkuliahan khusus.  “Di UIN Ar-Raniry sendiri, beasiswa ini diberikan pada dua program studi, yakni Fiqh Modern dan Pendidikan Agama Islam,” papar Salman Abdul Muthalib.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement