REPUBLIKA.CO.ID, ONTARIO -- Hingga saat ini telah banyak studi ilmiah yang meneliti efek kekurangan tidur terhadap perilaku maupun kesehatan manusia. Namun, belum banyak studi yang meneliti secara spesifik dampak kurangnya waktu tidur terhadap kondisi otak manusia.
Sejumlah hasil penelitian mengungkapkan, kondisi kekurangan tidur akan memberi dampak kepada kesehatan, mulai dari kelelahan hingga motorik dan sensorik seseorang. Namun, pada awal tahun ini, sebuah penelitian di Italia menyebutkan kondisi kekurangan tidur dapat menyebabkan berkurangnya koneksi-koneksi yang terjadi di otak.
Tidak hanya itu, studi lain mengungkapkan, orang yang kurang tidur akan lebih mudah marah dan stres, terutama saat dihadapkan oleh masalah kognitif. Reaksi ini lantaran amygdala cenderung lebih aktif sebanyak 60 persen. Amygdala adalah bagian otak yang berkaitan dengan aspek emosional.
Kekurangan tidur juga ternyata dapat mempengaruhi kinerja hippocampus, bagian otak yang berfungsi sebagai penyimpanan sementara ingatan-ingatan baru. Alhasil, orang yang kurang tidur cenderung bakal mengalami kesulitan saat harus mengingat informasi-informasi baru.
Sejumlah peneliti asal Universitas Western, Ontario, Kanada, pun telah melakukan penelitian tentang dampak kekurangan tidur terhadap otak. ''Ada aktivitas yang berkurang di bagian depan dan pariental lobes. Area-area ini sangat penting dalam hal pengambilan keputusan, penyelesaian masalah, dan ingatan,'' kata pimpinan tim studi, Adrian Owen, seperti dikutip The Independent, Selasa (27/6).
Pakar neuroscience asal Inggris itu mengakui, timnya berencana membuat penelitian dengan skala yang lebih luas dan partisipan yang lebih banyak. Dari hasil ini diharapkan akan dapat ditemukan waktu tidur yang benar-benar ideal bagi seseorang dalam satu hari.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
