Senin 22 May 2017 14:16 WIB

Tak Perlu Takut Mengonsumsi Gula

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Indira Rezkisari
WHO menganjurkan membatasi konsumsi gula enam hingga 12 sendok teh sehari.
Foto: Pixabay
WHO menganjurkan membatasi konsumsi gula enam hingga 12 sendok teh sehari.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Anggapan umum yang berkembang di masyarakat adalah gula dapat menjadi penyebab munculnya berbagai gangguan kesehatan. Alhasil, banyak orang yang mengurangi konsumsi gula dalam asupan makanan sehari-hari, terlebih untuk orang-orang yang sedang melakukan diet.

Namun, berbeda dengan saran dari sejumlah nutrisionis ataupun ahli gizi, Badan Kesehatan Dunia (WHO) justru menyarankan untuk mengonsumsi gula setidaknya 6 hingga 12 sendok teh setiap hari. Untuk mendukung saran ini, maka diperlukan penjelasan mengenai perbedaan antara berbagai macam jenis gula:

Gula kristal

Jenis gula ini biasanya diekstrak dari tanaman tebu ataupun aren. Jenis gula ini yang setiap hari dikonsumsi. Kita biasanya menambahkan gula jenis ini di minuman, seperti kopi atau teh, dan makanan, seperti kue ataupun cake.

Gula atau pemanis buatan

Saccharine, aspartam, stevia, dan sukrosa termasuk dalam jenis gula ini. Biasanya gula ini digunakan dalam industri makanan. Selain itu, gula ini kerap dipakai sebagai pengganti gula kristal dan untuk kepentingan diet.

Gula alami

Semua jenis sayuran, biji-bijian, dan buah memiliki kandungan gula. Jenis gula ini disebut sebagai gula yang paling aman dikonsumsi manusia, karena tidak menimbulkan efek samping yang berlebihan.

Secara keseluruhan, jenis-jenis gula ini masih aman untuk dikonsumsi. Namun, yang perlu diperhatikan adalah proses pembuatan dari gula-gula tersebut. Salah satunya yang perlu dihindari adalah gula yang berasal dari ekstrak sirup jagung.

Menurut ahli nutrisi, Shalini Singhai, sebenarnya tubuh memerluka asupan gula yang berlebih. Menurut Shalini, justru yang perlu diperhatikan adalah asupan karbohidrat, yang sebenarnya juga mengandung gula. ''Badan kita sebenarnya memproses glukosa dari gula. Tapi glukosa yang sama juga didapatkan dari lemak dan protein. Seseorang harus lebih fokus mengenai diet serat, yang memiliki kandungan karbohidrat yang kompleks,'' kata Shalini seperti dikutip Times of India, Senin (22/5).

Pada 2016, sempat muncul perdebatan di antara ahil gizi dan nutrisionis, yaitu mana yang lebih berbahaya untuk tubuh, lemak atau gula. Banyak teori menyebut, lemak akhirnya dapat diolah tubuh dengan metabolisme yang tinggi. Sementara di sisi lain, gula dianggap dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang sulit dicegah.

Salah satu permasalahan kesehatan yang diakibatkan oleh gula adalah obesitas, disfungsi metabolisme, dan kerusakan liver. Tidak hanya itu, kelebihan mengkonsumsi gula dapat berpengaruh pada resistensi Anda terhadap insulin ataupun leptin. Karena itu, masalah sebenarnya bukan pada konsumsi gula, dan tidak perlu takut untuk mengonsumsi gula. Tapi, seberapa besar kuantitas atau jumlah gula yang dikonsumsi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement