DPR: Demam Karangan Bunga di Jakarta Jangan Over Dosis

Kamis , 04 May 2017, 14:43 WIB
Karangan Bunga Bebaskan Ahok di Balai Kota, Rabu (3/5).
Foto: Republika/Noer Qomariah
Karangan Bunga Bebaskan Ahok di Balai Kota, Rabu (3/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pascapemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2017, Jakarta dilanda demam karangan bunga. Musim bunga di ibu kota berawal dari kekalahan telak Paslon Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat. 

Awalnya karangan bunga itu muncul di sekitar balai kota DKI Jakarta untuk memberikan dukungan moral kepada Ahok-Djarot dari para pendukungnya. Namun karangan bunga sudah merambah hingga Mabel Polri sampai ke Gedung DPR RI.

Demam karangan bunga ini mendapatkan tanggapan dari Wakil Ketua DPR RI, Taufik Kurniawan. Politikus Partai Amanat Nasional (PAN) itu mengakui, bahwa kiriman karangan bunga tersebut menjadi bahasa "say with the flowers" atau sesuatu yang membawa kesejukan. Oleh karena itu dia berharap, kiriman karangan-karangan bunga tersebut muncul secara murni dari masyarakat, bukan instruksi dari sejumlah politikus.

"Kita ambil positifnya yang penting semuanya tertulis maupun tersirat memberikan kedamaian. Saya yakin seluruh masyarakat menginginkan kedamaian dan tak menginginkan rusuh,"jelas Taufik Kurniawan saat ditemui di Kompleks Parlemen, Kamis (4/5).

Meski demikian, Taufik berharap demam karangan bunga tidak overdosis atau berlebihan karena akan menimbulkan antiklimaks. Dia menilai, sesuatu yang berlebihan tidaklah baik, termasuk karangan bunga yang kini menjamur di Jakarta. "Itu over dosis atau bagaimana konteks, masyarakat yang bakal memberikan penilaian," tambahnya.

Sebelumnya, pimpinan DPR RI juga hampir dihujani karangan bunga pada Rabu (3/5). Namun beruntung, petugas Pengamanan Dalam (Pamdal) DPR RI menolak karangan bunga yang ditujukan kepada Pimpinan DPR RI. Adapun tulisan pada karangan bunga tersebut merupakan sindiran kepada tiga pimpinan karena telah membiarkan usulan hak angket terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

"Kepada Fadli Zon, Setya Novanto dan Fahri Hamzah, kami berduka cita atas hilangnya hati nurani dan butanya mata hati Anda semua dengan disetujuinya hak angket DPR terhadap KPK," demikian tulisan pada karangan bunga itu.

Bahkan mereka menuliskan harapannya agar pimpiman DPR RI tidak terpilih lagi pada saat Pileg yang akan datang. Dalam karangan bunga itu tercantum  pengirimnya, yaitu Endi, Livia, Ningsih, Riri, Didi.  "Dari kami, rakyat yang menolak Anda wakili dan berdoa semoga anda tidak terpilih kembali," tulisnya.