Dari Dago Pakar mengambil jalan ke arah warung Bandrek , jalur ini juga menjadi jalur favorit untuk para pesepeda. Karena sebelum melakukan perjalanan ini kita terlebih dahulu berkunjung ke rumah keluarga Ursone.
Maka saat ada warung warga yang berada di atas Dago Pakar kita beristirahat sejenak sambil mendengarkan penjelasan mengenai kawasan Cekungan Bandung dan Bandung purba dari Ridwan Hutagalung sebagai pendiri komunitas ini.
Kondisi jalan sendiri sebenarnya sudah cukup bagus, ya tidak terlalu rusak dan sudah mulai banyak yang di-cor. Menyusuri bagian bawah Tebing Keraton perjalanan diteruskan menyusuri kampung-kampung yang masih berada di kawasan Cimenyan.
Kami sempat tersesat di Kampung Barutunggul karena mengikuti jalur utama, setelah diberitahu warga maka jalan yang harus diambil adalah jalan yang melewati Kampung Pasanggrahan. Mengambil jalur ke arah Kampung Tugu pemandangan Kota Bandung sudah cukup terlihat jelas, dalam bentuk cekungan tentunya.
Rehat sejenak di Kampung Tugu, mengobrol bersama warga lokal semacam menjadi kebiasaan apabila kami momotoran. Selain menanyakan jalur, sering juga kami menjadi tempat pelampiasan curhat warga lokal tersebut, seperti warga di Kampung Tugu yang curhat soal administrasi yang terkadang harus pergi ke Soreang, ibukota Kabupaten Bandung.