REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Kekerasan anak dan perempuan di Kalimantan Barat makin meningkat. Ketua tim Kunjungan Spesifik Komisi VIII Zulfadhli mengatakan kurangnya dukungan terhadap sarana dan prasarana (sarpras) penunjang di Kalimantan Barat, terutama pemulihan pascakorban kekerasan perempuan dan anak.
"Sarpras masih sangat minim,sehingga pelayanan terhadap pemulihan korban ini masih sangat lemah. Akibatnya, kekerasan perempuan dan anak semakin hari semakin meningkat,” ujarnya saat pertemuan dengan Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Kalbar dan jajaran di Pontianak, Rabu (29/3).
Karena itu, Zulfadhli mendesak pemerintah pusat dan daerah agar memberikan perhatian untuk sarana dan prasarana penunjang, sehingga korban kekerasan segera mendapat pemulihan. Politikus Golkar ini juga menyayangkan tentang penurunan anggaran di tahun ini khususnya di Provinsi Kalimantan Barat.
Di satu sisi, ia senang badan struktur organisasi yang di tingkatkan statusnya menjadi dinas, namun dengan terbentuknya dinas menjadi bertambah beban kerja,dan bertambah program-program malah tidak mendapatkan dukungan dana yang cukup.
"Kita mendorong meminta Gubernur Kalimantan Barat untuk lebih meningkatkan lagi anggaran, bukan malah menurunkan,” ucapnya.
Di sisi lain, dia menilai kinerja dinas PP-PA di provinsi ini masih belum maksimal, karena masih sangat jauh dari kebutuhan karena terkendala anggaran yang semakin menurun. "Harapan ke depan agar Gubernur mengembalikan lagi anggaran tahun yang lalu yang hampir Rp 6 M untuk menunjang program maupun sarpras yang ada agar pelayanan bisa lebih maksimal lagi,” kata dia.