Jumat 17 Mar 2017 13:32 WIB

Equinox, Masyarakat Diimbau Banyak Minum Air

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Yudha Manggala P Putra
Cuaca panas (ilustrasi)
Foto: greatdaymoving.com
Cuaca panas (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN – Meski tidak membahayakan, berlangsungnya fenomena equinox membuat masyarakat harus tetap waspada. Di antaranya dengan memperhatikan asupan cairan dalam tubuh. Ahli Gizi Fakultas Kedokteran UGM, Emy Huriyati mengatakan, masyarakat perlu melakukan langkah antisipasi menghadapi suhu udara yang meningkat.

Pasalnya cuaca panas dapat memicu terjadinya dehidrasi. “Banyak minum minimal delapan gelas sehari atau disesuaikan dengan kebutuhan tubuh. Jika sering terpapar sinar matahari atau panas, maka makanan dan asupan cairan harus ditingkatkan supaya tidak dehidrasi,” ujarnya, Jumat (17/3).

Apabila tidak diantisipasi, kekurangan cairan dapat menurunkan imunitas tubuh. Sehingga seseorang bisa lebih rentan terkena penyakit. Apalagi dehidrasi berisiko mengakibatkan timbulnya berbagai infeksi pada tubuh seperti radang tenggorokan, infeksi kandung kemih, dan sebagainya.

“Karenanya, penting bagi kita untuk menjaga kesehatan dengan menjaga pola gizi seimbang agar daya tahan tubuh bisa tetap stabil,” kata Emy. Menurutnya, tubuh perlu beradaptasi menyesuaikan berbagai perubahan lingkungan. Tidak hanya terhadap cuaca panas, tetapi juga saat cuaca dingin.

Saat lingkungan berubah, maka manusia pun perlu menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Terutama dengan menjaga asupan makanan seperti karbohidrat, lemak, protein, mineral, serta vitamin yang sesuai dengan kebutuhan tubuh dan pola hidup sehat.

Kenaikan suhu secara drastis akibat equinox sendiri diprediksi akan terjadi pada 21 Maret mendatang. Pakar Iklim Lingkungan dari Fakultas Geografi UGM, Emilya Nurjani mengatakan, equinox merupakan fenomena rutin terjadi di Indonesia setiap tahun. Bahkan dalam satu tahun Indonesia mengalami dua kali equinox, yakni pada vernal equinox tanggal 21 Maret dan autumnal equinox tanggal 23 September.

“Equinox merupakan fenomena iklim normal, bukan sesuatu yang meresahkan. Hal ini berbeda dengan gelombang panas yang terjadi di Afrika,” ujar Emilya. Menurutnya equinox merupakan kondisi yang terjadi saat matahari berada persis di atas garis khatulistiwa atau equator. Ketika fenomena ini berlangsung, durasi siang dan malam di seluruh bagian bumi relatif sama. Saat matahari berada di titik nol equator, maka panjang siang dan malam sama, yaitu 12 jam.

Fenomena ini memang akan menyebabkan peningkatan suhu udara di Indonesia. Namun tidak akan mengakibatkan kenaikan suhu secara drastis. Suhu rata-rata di Indonesia di hari-hari biasa berkisar antara 26-36 derajat celcius. “Ketika terjadi equinox suhu akan mengalami kenaikan tapi tidak drastis, suhu maksimal antara 33 sampai 34 derajat Celcius. Suhu tertinggi yang pernah tercatat adalah 36 derajat Celcius terjadi di Jawa Timur beberepa tahun lalu,” paparnya.

Karena itu Emylia menghimbau agar massyarakat tidak perlu panik dan resah dengan berbagai kabar yang beredar tentang kenaikan suhu yang drastis akibat equinox. Namun dia menyarankan masyarakat untuk tetap mengantisipasi adanya kenaikan suhu yang akan terjadi agar tidak berdampak pada kesehatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement