Sabtu 11 Mar 2017 04:31 WIB

Pendarahan, Penyebab Tertinggi Ibu Meninggal Saat Melahirkan

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Reiny Dwinanda
Penyuluhan kesehatan pada ibu hamil.
Foto: istimewa
Penyuluhan kesehatan pada ibu hamil.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) terkini menunjukkan angka kematian ibu melahirkan meningkat dibandingkan dengan periode tahun 2000. Dulu, angka kematian ibu melahirkan hanya 228 orang per 100 ribu kelahiran selamat. Sekarang, angka kematian ibu melahirkan jadi 359 orang per 100 ribu kelahiran selamat.

Artinya, setiap 1,5 jam ada ibu yang meninggal karena melahirkan. Kasubdit Kesehatan Maternal dan Neonatal Direktorat Kesehatan Keluarga Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat Lukas C Hermawan mengatakan tingkat kematian ibu dan anak harus terus ditekan. "Penyebab tertinggi ibu meninggal saat melahirkan adalah pendarahan disusul preeklamsi dan eklamsi," kata Lukas, Jumat, (10/3).

Untuk menyelamatkan nyawanya, ibu yang hendak melahirkan harus dirujuk ke rumah sakit jika mengalami tensi tinggi. Ibu dapat mengalami kejang dan sulit pulih pasca persalinan jika ia berjuang melahirkan dalam kondisi tensi tinggi. "Menurunkan angka kematian ibu harus dimulai dari persalinan," ujar Lukas.

Sebagai bentuk persiapan menghadapi kehamilan, setiap wanita subur sangat dianjurkan mengonsumsi tablet tambah darah dan asam folat seminggu sekali.  Intervensi terhadap calon pengantin di KUA juga dilakukan untuk mempersiapkan istri menjalani masa kehamilan dan menjadi ibu agar ia dan anaknya sehat. "Guna menekan angka kematian ibu melahirkan, kemampuan bidan ditingkatkan dengan diberi pelatihan dan cakupan akses terhadap pelayanan kesehatan ibu dan anak juga diperbaiki."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement