Kamis 12 Aug 2010 09:06 WIB

Cerita Awal Ramadhan di Kota Moskow

Rep: Aji Surya dari Moskow/ Red: irf

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW--Dalam beberapa waktu terakhir, kota ujung dunia Moskow diliputi udara panas dan asap akibat kebakaran hutan. Tetapi sehari menjelang puasa, suasana sudah cukup kondusif meskipun tidak ada jaminan kedua masalah itu telah berlalu. Inikah berkah Ramadhan?

Sudah dua minggu ini, kota ujung dunia sebelah utara bermuka muram. Kecantikan yang biasa ditebarkan kepada para pelancong, hilang dalam sekejap. Jalanan yang sering macet, tiba-tiba sepi dan lengang. Para turis tidak banyak bekeliaran sedangkan penduduknya lebih senang tinggal di rumah. Banyak penerbangan mengalami penundaan. Mereka semua hanya menghindari dua hal: udara panas dan asap yang menyelimuti udara.

Memang, udara panas di musim panas kali ini memang jauh dari prediksi pengamat dan ahli. Meskipun setelah musim dingin yang akut (tahun lalu) biasanya diikuti oleh musim panas yang tidak biasa namun panasnya udara kali ini jauh diluar dugaan. Musim panas di Moskow biasanya temperatur udaranya pada kisaran 25 derajat Celcius, tapi kali ini antara 36 derajat celcius hingga 41 derajat celcius. Ruarr biasa.

Akibatnya, semua orang dibuat kelabakan. Hampir tidak ada yang memiliki pesiapan yang baik. Maklum, rata-rata gedung dan tempat kerja tidak memiliki air condisioner (AC) karena sejauh ini memang tidak diperlukan alias kurang berguna. Akhirnya, Pemerintah Rusia mengeluarkan suatu aturan bahwa apabila temperartur mencapai 30 derajat celcius maka pegawai boleh pulang jam 15.00, antara 31-33 derajat bisa kembali jam 14.00 dan bula diatas 36 derajat boleh pulang pukul 12.00. “Ini memang tidak umum. Panas seperti ini kabarnya tejadi 100 tahun lalu,” kata Lisa Blesnova, penduduk Moskow.

Rupanya panas udara mengimbas ke mana-mana. Inilah biang kerok dari kebarakan hutan yang kebetulan ada di dalam dan luar kota ibukota yang memunculkan masalah baru: asap! Dan, akhir pekan lalu adalah waktu paling berat. Saat itu asap pekat mengudara dan menyelimuti kota dengan jarak pandang hanya pada kisaran 25 meter. Rumah di seberang jalan juga sudah susah melihatnya.

Kondisi dari udara yang menjadi sumber kehidupan makhluk hidup memburuk pada kisaran 5 kali dari ambang normal akibat kebakaran yang menjarah 600 titik dengan luas 150 ribu hektar. Bahkan lebih 50 orang dikabarkan meninggal, menjadi korban kebakaran dengan kerugian mencapai 600 juta dolar AS. Patut bersyukur bahwa diantara korban kebakaran dan asap tersebut tidak ada warga Indonesia.

Terdapat anjuran agar warga Moskow tetap berada di dalam ruangan dan tidak keluar rumah, sebab menghirup udara kotor tersebut sama dengan menyedot beberapa bungkus rokok dalam sehari. “Repotnya, dalam rumah juga panas kalau jendela ditutup, dan asap akan menyerbu bila dibuka. Buah simalakama,” keluh Dodo Sudrajat, seorang warga Indonesia yang sudah bermukim selama 2 tahun di Moskow. Maklum, rumah dan kantor Dodo termasuk gedung yang belum dipasang AC.

Kondisi tersebut menjadi masalah semua orang yang berdiam di Moskow, termasuk warga Indonesia yang kebanyakan bekerja di Kedutaan Besar RI. Bahkan, sejumlah kedutaan besar seperti Austria, Kanada, Polandia telah mengungsikan sebagian stafnya ke kota ke St Petersburg atau tempat lain yang lebih aman. Sedangkan kedutaan seperti Jerman dikabarkan lebih memilih tutup untuk sementara waktu.

Pemerintah Moskow yang mengetahui bahwa panas temperatur udara dan asap tidak akan enyah dalam waktu singkat membuat ancang-ancang tentang kemungkinan mundurnya waktu belajar sekolah yang mestinya dimulai awal September. Hal ini mungkin sama dengan kota-kota di dunia yang meliburkan muridnya pada saat terjadinya badai salju.

Uniknya, sejak dua minggu lalu alat pendingin ruangan tiba-tiba lenyap dari peredaran di semua toko di Moskow. Air conditioner, mesin pelembab hingga kipas angin seolah hilang tertiup angin. Kalaupun ada harganya bisa dua hingga tiga kali lipat serta pemasangannya memerlukan waktu cukup lama. “Kalau pesan AC sekarang, baru akan datang dua minggu sedangkan pemasangannya menunggu 2 bulan. Ini tidak masuk akal karena panas ini hanya akan berlangsung tidak maksimal sampai awal September,” keluh Lisa Blesnova.

Awal Ramadhan

Meskipun menurut prediksi para ahli asap dan udara panas akan tetap menyelimuti Moskow dalam seminggu kedepan, namun sehari menjelang datangnya bulan suci Ramadhan keadan sudah sangat membaik. Senin pagi (10/08) terlihat langit lumayan membiru dan sinar matahari bisa menembus bumi. Sedangkan temperatur udara juga sedikit mengalami penurunan yang lumayan.

Keadaan kota menjadi sangat normal dengan berbagai aktivitas masyarakatnya yang beneka macam. Para pelancong juga mulai kelihatan berkeliaran di semua penjuru kota. Di Lapangan Merah Kremlin (red square) banyak orang mulai mengambil foto dengan background katedral tekenal St Basil yang berkubah layaknya masjid di Indonesia.

Diprediksi, sehari menjelang puasa ini tingkat kepekatan asap sudah sangat turun pada kisaran 2 level diatas ambang batas. Tentu sangat lumayan kalau dibandingkan beberapa waktu sebelumnya. Di sana sini sudah jarang orang menggunakan masker. Kekalutan warga akibat masalah alam ini seudah berkurang jauh.

Kini muslim Moskow yang berjumlah sekitar 2 juta orang bersiap-siap menyambut Ramadhan dengan penuh semangat. Di tengah-tenga udara yang mulai membaik, mereka mulai melakukan memulai shalat tarawih pada Senin malam pukul 22.45. Maklum, bulan puasa kali ini jatuh pada musim panas maka Isya hari-hari pertama pada pukul 22.30 malam.

Walaupun kota Moskow hanya dihuni oleh 2 juta Muslim, namun inilah kota Muslim terbesar di Eropa. Jumlah ini lebih signifikan nilainya karena Muslim di Rusia adalah penduduk asli, bukan imigran, dan nenek moyang mereka telah mulai memeluk Islam sejak abad ke-8. Masyarakat Islam Rusia berjumlah 23 juta atau 18 persen dari penduduk secara keseluruhan dan menjadi mayoritas kedua setelah pemeluk Kristen Ortodoks.

Pertanyaannya, benarkah membaiknya cuaca di Moskow saat ini karena menyambut bulan suci Ramadhan ataukah karena faktor alam seperti arah angin dan perubahan cuaca? Wallahu a’lam. Terlepas bagaimana cuaca di udara, perintah menjalankan puasa sudah ditetapkan dan harus menjadi traning time bagi hamba-hamba Tuhan yang ingin meningkatkan taqwanya. Selamat berpuasa. Salam dari bumi utara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement