Senin 09 Jan 2017 18:15 WIB

Tuhan, Jangan Tinggalkan Aku (78 )

Red:

Fatin menyentuh tangan keriput itu, seketika sepasang matanya terbuka, mencari wajah perempuan muda yang telah dianggap sebagai pengganti putrinya.

"Anakku," bisiknya lirih nyaris tak terdengar. "Aku merasa sudah tiba waktuku untuk pergi selamanya, menjumpai Tuhanku…."

"Bapak, mohon jangan berkata seperti itu," tangis Fatin pecah.

Seketika ia teringat lagi segala kebaikan, kedermawanan hati dan terutama ketulusannya dalam mengayomi dirinya dan anaknya.

"Semua yang bernyawa pasti akan mati, Anakku," tukasnya seraya tersenyum lembut, kebapakan.

"Aku ingin berterima kasih kepadamu. Tahun-tahun terakhir engkau dan putramu telah memberi kami kebahagiaan."

Sang pendeta kemudian menyerahkan sebuah dokumen kepada Fatin.

"Ini dokumen sah kepemilikan toko," ujarnya masih dengan suara yang bening.

"Kami, aku dan istriku sudah sepakat untuk menyerahkannya kepadamu. Nanti pengacara akan melegalkannya. Kami hanya minta kesediaanmu untuk merawat adikmu, Victor Hartland.

Bersediakah, Anakku?"

"Baiklah, Bapak, aku akan memenuhi permintaanmu,"

Fatin berjanji sambil berlinangan air mata.

Maka, sang pendeta berhati mulia itupun menutup mata di pelukan istri tercinta, Oma Roselin. Fatin menyaksikan bagaimana Oma Roselin begitu berduka.

Inilah upacara pemakaman pertama di Holland yang diikuti oleh Fatin dan Ridho. Sungguh pedih hati Fatin melihat orang yang telah sangat baik mengayominya selama sepuluh tahun itu, perlahan-lahan peti jenazahnya diturunkan ke liang lahat.

Tak berapa lama kemudian, hanya selang seminggu, Oma Roselin menyusul suami tercinta.

Fatin dan Ridho kecil kembali berkabung. Bersama keluarga besar Hartland yang selalu baik, ibu dan anak ini mengantar jenazah Oma Roselin ke peristirahatan terakhir.

Perkabungan pun kembali menimpa keluarga besar Hartland.

"Tenanglah, Anakku, kami akan tetap mengayomimu dan anak-anak," ujar pendeta Basten yang telah menggantikan tugastugasnya dalam lima tahun terakhir.

Meskipun terasa limbung dan gundah luar basa, Fatin tak ingin memperlihatkannya di depan mereka. Ia pulang ke rumah bersama Oma Lience Hartland, Ridho dan Victor.

"Lihatlah, Nak, Oma tidak tega melihatnya," bisik Oma Lience Hartland, menuding ke arah keponakannya.

Melihat Victor Hartland yang kebingungan karena tidak menemukan orangtuanya, semakin hancur hati Fatin. Namun, ia harus tangguh untuk membenahi kehidupannya dengan anaknya dan adik angkatnya.

(Bersambung)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement