Jumat 06 Jan 2017 11:00 WIB

Tuhan, Jangan Tinggalkan Aku (75)

Red:

Mereka bersahabat setelah Ahmed menolong Frankie yang sudah tak berdaya, dilecehkan secara seksual oleh kawanan napi, mereka yang benci pemerkosa.

Entah apa yang terjadi dengan persahabatan mereka, antara Frankie dengan Ahmed. Namun yang jelas, setelah Ahmed dijatuhi hukuman seumur hidup, dibuang entah ke penjara negara bagian mana. Frankie mendadak berubah total!

Ketika sipir menanyakan tujuannya selepas keluar penjara, Frankie hanya menjawab: "Aku mau pergi ke negerinya saudaraku Ahmed." @@@

BAB 13

MENYAMBUNG SILATURAHIM

etahun, dua tahun telah berlalu.

Ridho berumur empat tahun mulai masuk Kindergarten, taman kanak-kanak. Victor Hartland berumur lima belas tahun, tetapi berkelakuan seperti Balita, sangat suka menemaninya bermain.

Dominee Hartland sering dipergoki oleh Fatin sedang mengawasi mereka dari balik jendela kamarnya.

"Apa yang Bapak pikirkan?" Fatin menghampirinya dan bertanya.

"Aku sering berpikir, entah bagaimana nasib Victor kalau kami sudah tiada," kesahnya terdengar menahan beban berat. "Mungkin kita harus menitipkannya ke panti asuhan,"

kata Oma Roselin menimpali, ikut bergabung mengawasi anak mereka dari balik jendela. "Bukankah masih ada kami berdua, Oma, Opa?" tukas Fatin, sungguh tak tahan melihat pasangan suami istri lansia itu bermuram durja.

"Begitu, ya, kalian mau merawat anak kami?" Oma Roselin menatap wajah Fatin seperti belum percaya dengan pendengarannya. "Iya, Oma sayang, bukankah kita ini satu keluarga?" balik Fatin bertanya.

Suami-istri lansia itu seketika merangkul bahu Fatin, tak ada yang bicara lagi kecuali helaan napas lega dan raut wajah mereka kembali tenang.

Satu malam Fatin tersentak bangun. Ia bermimpi berjumpa dengan Abah, Emak dan lima adiknya; Aish, Siti, Iyam, Anis dan si bungsu Amar. Kerinduan Fatin kepada keluarganya seketika menggelegak.

Tiga tahun sudah berlalu, satu saat usai sholat tahajud, Fatin akhirnya memberanikan diri menelepon nomer yang pernah diberikan Heri.

Masih menyambung dan aktif, subhanallah! "Ini suara Aish, ya?" sapa Fatin menggeletar, begitu mendengar balasan salam dari seberang.

"Iya, iya, ini Teteh? Teh Fatin, ya kan?" seru tertahan memang suara Ais. (Bersambung)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement