Kamis 29 Dec 2016 14:24 WIB

Krisis Multidimensional Negeri Zamrud Khatulistiwa

Budaya negeri yang terus terkikis oleh budaya luar (barat). (Ilustrasi)
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Budaya negeri yang terus terkikis oleh budaya luar (barat). (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh : Tatang Hidayat *)

Negeri kita merupakan satu anugerah dari Sang Maha Pencipta. Negeri Zamrud khatulistiwa yang memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah. Negeri ini memiliki tambang emas terbaik di dunia, cadangan gas alam terbesar di dunia, tambang batu bara terbesar di dunia, kesuburan tanah terbesar di dunia, lautan terluas di dunia, hujan tropis terbesar di dunia, tempat wisata eksotis terbesar di dunia, jumlah pulau terbanyak di dunia, tetapi dengan banyaknya kekayaan alam yang dimiliki di negeri ini, tidak membuat masyarakatnya hidup sejahtera.

Hari-hari yang di lalu, bertambah pula tangisan di bumi pertiwi. Bagaimana tidak, negeri ini makin terjajah, berbagai permasalahan lengkap sudah mewarnai bumi pertiwi. Kehidupan di negeri ini sedang mengalami krisis multidimensional dalam segala aspek kehidupan, baik itu di bidang ekonomi, sosial, politik, budaya, pendidikan dan hukum. Sehingga, mengakibatkan kemiskinan, bertambahnya pengangguran, tindak kriminal, kezaliman, kebodohan, kemorosotan moral, instabilitas moneter, penguasaan sumberdaya alam negeri ini oleh kekuatan asing, maraknya korupsi di seluruh sendi di seantero negeri, kerusakan lingkungan dan meningkatnya penyakit sosial, hingga frustasi sosial yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan di negeri ini.

Kerusakan-kerusakan yang menimpa negeri ini, tentu dalam keyakinan Islam, dikarenakan tindakan manusia sendiri. Selama ini, terbukti bahwa kehidupan di tengah-tengah masyarakat banyak sekali kemaksiatan yang dilakukan. Dalam sistem sekuler saat ini, aturan-aturan Islam memang tidak pernah secara kaffah digunakan. Karena, agama Islam sebagaimana agama dalam pandangan barat, hanya digunakan dalam ranah individu dengan Tuhannya saja. Sementara, untuk urusan sosial kemasyarakatan, peran agama di tinggalkan. Semua ini, semestinya menyadarkan kita untuk bersegera kembali ke jalan yang benar, jalan yang diridhai oleh Allah SWT, seraya meninggalkan semua bentuk sistem dan pemikiran yang rusak, terutama sistem sekuler yang nyata-nyata telah sangat merusak dan merugikan umat manusia.

Dalam sistem sekuleristik yang dianut di negeri ini, mengakibatkan lahirnya berbagai bentuk tatanan yang jauh dari nilai-nilai agama. Yakni, tatanan ekonomi yang kapitalistik, perilaku politik yang oportunistik, budaya hedonistik, kehidupan sosial yang egoistis dan individualistik, sikap beragama yang sinkretistis serta paradigma pendidikan yang materialistik.

Dalam tatanan ekonomi kapitalistik, kegiatan ekonomi hanya dilakukan sekedar meraih keuntungan materi sebanyak-banyaknya, tanpa memandang apakah kegiatan ekonomi tersebut sesuai dengan aturan Islam ataupun tidak. Mulai dari cara memperoleh harta dan penyalurannya tanpa meperhatikan nilai-nilai Islam. Dan aturan Islam yang menyangkut ekonomi, dinilai akan menghambat kegiatan ekonomi. Dalam ekonomi kapitalistik, pendistribusian kekayaan tidak merata, kekayaan hanya ada di segilintir orang, sehingga bagi negeri penganut ekonomi liberal kapitalistik menyebabkan ketimpangan sosial di negeri tersebut.

Dalam tatanan politik yang oportunistik saat ini, politik bukan ditujukan untuk tegaknya nilai-nilai keadilan, tapi politik ditujukan hanya untuk meraih kekuasaan semata dan tujuan-tujuan yang sempit. Karena tujuannya bukan untuk menegakkan keadilan, maka yang ada orang-orang yang terjun kedunia politik bukan lagi mementingkan urusan rakyatnya, tetapi mementingkan urusan perut dan jabatannya.

 

Dalam sistem pendidikan materialistik saat ini, siswa maupun mahasiswa dididik bukan untuk menjadi pemimpin, tapi dididik untuk mencari pekerjaan. Supaya, setelah lulus nanti, bisa mengembalikan materi yang selama ini digunakan untuk membiayai pendidikan yang sangat mahal. Pendidikan yang ada dipadatkan agenda sekolah/kulianya, dimahalkan biaya pendidikannya, kemudian dimunculkan orang-orang yang memiliki pola pikir materialistik.

Dan itu wajar karena sistem pendidikan yang kita gunakan adalah sistem pendidikan materialistik. Sehingga, output pendidikan kita saat ini bukanlah membentuk generasi calon pemimpin yang memiliki akidah yang kokoh, tapi generasi yang bangga dengan ijazah sarjananya, meskipun tidak peduli jika akidahnya lemah.

Dalam tatanan budaya yang hedonisitk, budaya telah berkembang diekspresikan dengan pemuas nafsu jiwa. Dan dalam hal ini, barat menjadi kiblat dalam budaya generasi muda kita saat ini. Seharusnya, kita miris melihat kondisi generasi muda saat, karena ada upaya untuk penghancuran generasi secara global dengan pendangkalan akidah.

Generasi muda saat ini diarahkan supaya mengikuti budaya barat. Baik dari segi food, fun dan fashion. Generasi muda saat ini menginduk kepada kemajuan barat, dan mereka silau dengan kemajuan yang ada di dunia barat, sampai ke urusan gaya hidup. Generasi muda saat ini ikut-ikutan berkiblat ke dunia barat.

Akibat lainnya yang ditimbulkan dari kehidupan yang materialistik-sekuleristik adalah makin menggejalanya kehidupan sosial yang egoistik-individualistik, dalam tatanan sosial yang egoistik-individualistik, di lingkungan masyarakat sudah jarang kita temui adanya kontrol sosial sesama masyarakat. Karena tatanan masyarakat yang ada telah memberikan kebebasan kepada pemenuhan dan kepentingan individu, sehingga setiap individu dijamin haknya.

Seandainya melakukan tindakan zina pun, yang dalam pandangan Islam jelas-jelas diharamkan, tapi karena sistem sosial saat ini memahami bahwa asal dilakukan suka sama suka dan tidak mengganggu orang lain, maka perbuatan zina pun merupakan perbuatan yang lumrah. Kemudian maraknya sikap beragama sinkretistik yang intinya menyamakan semua agama sama, maka sikap beragama seperti ini menyebabkan sebagian umat Islam  memandang rendah, bahkan tidak suka, menjauhi dan memusuhi aturan agamanya sendiri.

 

Krisis multidimensional yang menimpa negeri Zamrud Khatulistiwa ini menunjukkan bahwa kita masih banyak memiliki masalah yang tidak bisa dilepaskan dari system materialistik-sekuleristik yang diadopsi negeri ini. Kita tentu tidak boleh larut dalam masalah, apalagi sekadar meratap dengan putus asa tanpa melakukan apa-apa. Justru inilah yang diinginkan negara-negara imperialis barat, kita berputus asa, lalu menerima tanpa daya penjajahan mereka. Padahal penjajahan adalah kejahatan besar yang harus dilawan dan kebangkitan Islam adalah kewajiban yang harus kita lakukan.

Maka yang patut kita perhatikan sebagai generasi muda, setiap penerapan sistem materialistik-sekuleristik, yakni yang tidak bersumber dari Allah SWT, Sang Pencipta manusia, kehidupan dan alam semesta, pasti akan menimbulkan kerusakan dan kerugian bagi umat manusia. Oleh karena itu, harus ada usaha sungguh-sungguh dengan penuh keikhlasan dan kesabaran serta kerja sama dari seluruh komponen umat Islam di negeri ini untuk menghentikan dan memutuskan kepercayaan umat terhadap sistem materialistik-sekuleristik.

Selain itu, kemudian berjuang dengan sungguh-sungguh untuk melanjukan kehidupan Islam dengan turut berjuang mencerdaskan dan memahamkan umat akan pentingnya penerapan aturan Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Karena, dengan aturan Islam adalah jalan satu-satunya untuk memberikan kebaikan dan kerahmatan Islam bagi seluruh alam semesta. Dengan itu berbagai kerusakan, kezaliman, dan penjajahan bisa dihapuskan di muka bumi, sehingga esensi Islam rahmatan lil ‘alamin akan segera terwujud di muka bumi ini. Wallahu ‘alam bi ash-shawab

*) Ketua Umum Unit Kegiatan Mahasiswa Kajian Islam Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement