Selasa 20 Dec 2016 18:32 WIB

'UN Tetap Ada, Asal Jangan Jadi Penentu Kelulusan'

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Andi Nur Aminah
Petugas mempersiapkan peralatan untuk Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di SMP Negeri 12, Jakarta, Sabtu (7/5).
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Petugas mempersiapkan peralatan untuk Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di SMP Negeri 12, Jakarta, Sabtu (7/5).

REPUBLIKA.CO.ID, SOREANG -- Aang Kusmawan, Guru Madrasah Aliyah (MA), Karya Bakti, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung mengaku tidak mempermasalahkan Ujian Nasional (UN) tetap dijalankan. Akan tetapi dia merasa keberatan dan akan menolak jika dijadikan sebagai syarat kelulusan.

"Sebagai alat pemetaan hasil pendidikan UN bisa jadi relevan, kalau sebagai penentu kelulusan jelas itu saya tolak mentah mentah," ujarnya kepada Republika.co.id, Selasa (20/12).

Ia meminta kepada pemerintah agar UN tidak menjadi syarat kelulusan. Sebab jika hal tersebut dilakukan maka standar kelulusan akan sama. Sebab saat UN menjadi syarat kelulusan tahun kemarin, nilai standar lulus se Indonesia menjadi sama.

Menurutnya, jika se Indonesia standar kelulusan sama maka itu merupakan hal yang tidak benar. "Masa standar kelulusan sekolah di Gunung Wayang (Kabupaten Bandung) sama dengan sekolah di SMA Kota Bandung seperti SMA 5," ungkapnya.

Terpisah, Indriawan Surya Priyatna, Guru SD Muhammadiyah I Margahayu, Kabupaten Bandung mengatakan UN boleh dilaksanakan apabila semua sekolah memiliki standar nasional pendidikan yang sama. Sehingga alasan UN digunakan untuk pemetaan atau apapun alasannya, jelas-jelas sudah salah.

"Pandangan saya sebagai pendidik, UN hanya akan melahirkan generasi instan yang Percaya pada hasil bukan proses," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement