Tradisi pertanian Islam sangatlah kaya dan semua itu berhasil didokumentasikan secara tertulis oleh para ahli pertanian Muslim. Berikut karya-karya tersebut:
Literatur Timur
Catatan tertua Arab di bidang pertanian adalah al-Filaha al-Nabatiyya (Pertanian Nabataean) karya Ibnu Wahshiyya, yang ditulis atau diterjemahkan pada 291 Hijriyah (904 Masehi). Setelah itu, muncul Al-Filaha al-Rumiyya yang merupakan buku pertanian Byzantium.
Di Mesir, materi pertanian yang dibuat pada era Ayyubi adalah Qawanin al-dawawin karya Ibnu Mammati (wafat pada 606 Hijriyah/1209 Masehi). Pada abad berikutnya, Jamaludin al-Watwat (wafat pada 718 Hijriyah/1318 Masehi) menulis Mabahij al-Fikar wa-Manahij al-'Ibar) di Kairo. Volume keempat dari karya al-Watwat ini merupakan buku pertanian dan tumbuhan.
Pada abad ke 10 Hijriyah/16 Masehi, Riyadh al-Din al- Ghazzi al-'Amiri dari Damaskus menulis banyak buku seputar pertanian yang sayangnya tak banyak yang bisa diselamatkan. Namun setelahnya, ada 'Abdul Ghani al- Nabulusi yang membuat ringkasan buku-buku karya al-'Amiri di bukunya yang berjudul 'Alam al-Milaha fi 'Ilm al-Filaha.
Secara umum, para penulis karya klasik Arab di bidang pertanian terbagi dalam beberapa subjek seperti tipe lahan pertanian dan ragam lahan; pupuk, alat dan praktik panen; irigasi, tumbuhan dan pembibitan; penanaman, perawatan tanaman buah, budi daya serealia, budi daya kacang- kacangan, sayuran, bunga, umbi, tumbuhan aromatik, pengawetan buah, dan zooteknologi.
Tak bisa juga dipinggirkan, banyak buku-buku Arab klasik yang berisi nama-nama tumbuhan, buah, biji-bijian, dan tanaman pertanian lainnya. Contohnya Nuzhat al-Anam fi Mahasin al-Sham karya al-Badri yang memuat nama 21 varietas aprikot, 50 varietas anggur, dan enam varietas mawar di Suriah.
Literatur Barat
Selain literatur Arab klasik, berkembang pula literatur pertanian di Andalusia, terutama selama abad kelima hingga enam Hijriyah (abad 11-12 Masehi) di bawah kepemimpinan para raja kecil (Taifa) dan pendudukan gunernur Dinasti Almoravid.
Pusat literatur ini berada di Cordoba, Toledo, Sevilla, Granada, dan Almeria. Di Cordoba, Abul Qasim al-Zahrawi kondang sebagai penulis buku agronomi yang dilengkapi aneka gambar, Mukhtasar Kitab al-Filaha.
Sementara di Toledo, ada Ibnu Wafid yang menjadi kepala kebun raya Jannat al-Sultan (Taman Raja). Ibnu Wafid menulis seputar agronomi. Ada pula Muhammad bin Ibrahim Ibnu Bassal yang juga fokus pada agronomi. Ia rutin bepergian dan mencatat aneka pengetahuan baru seputar tumbuhan dan agronomi di Timur. Muhammad Ibnu Bassal menulis Diwan al- Filaha.
Muhammad Ibnu Bassal juga menulis buku pertanahan. Ia mengklasifikasikan 10 tipe tanah beserta kapasitasnya berdasarkan musim dalam setahun. Ia juga termasuk yang mendorong ide pengembangan teknik pembajakan tanah untuk meningkatkan kesuburan.
Setelah Toledo jatuh ke tangan Alfonso VI Castile pada 1085 Masehi, Muhammad Ibnu Bassal pindah ke Sevilla dan tinggal di lingkungan Istana Al-Mu'tamid. Di Sevilla kala itu, ada pula ahli pertanian seperti Ali Ibnu al-Lunquh dari Toledo dan Ahmad bin Hajjaj al-Ishbili yang menulis Al Muqni fi 'l-Filaha pada 1073 Masehi.
Menjelang kejatuhan Sevilla ke tangan Castilian pada 646 Hijriyah/1248 Masehi, seorang ahli pertanian hebat, Abu Zakariyya Yahya Ibnu al-'Awwam menulis Kitab al-Filaha. Tak banyak diketahui mengenai riwayat hidup Ibnu al-Awwam, tetapi bukunya adalah satu-satunya buku pertanian yang disebut Ibnu Khaldun dalam Muqaddima.
Kitab al-Filaha al-Andalusiya karya al-'Awwam terdiri atas 35 bab. Buku ini tak cuma berisi informasi pertanian, tapi juga pemeliharaan ternak dan peternakan lebah. Materi yang ia ambil banyak berasal dari literatur Yunani dan Arab, tapi al-'Awwam memberi tambahan pengetahuan dan hasil pengalamannya selama di Andalusia.
Karya al-'Awwam terbilang literatur pertanian paling penting di Andalusia. Karyanya merupakan kompilasi karya para ahli pertanian pendahulunya. Dengan kerendahan hati, ia sendiri hanya menulis sedikit di bab akhir yang diberi tanda sebagai karyanya.
Di Granada, penulis dasar-dasar pertanian adalah Muhammad bin Malik al-Tighnari. Al-Thignari bekerja di Granada pada 1073-1018. Karyanya yang dikenal adalah Zuhrat al-Bustan wa-Nuzhat al-Adhhan.
Pada pertengahan abad kedelapan Hijriyah (14 Masehi), ilmuwan Almeria, Abu Uthman Sa'd bin Abu Ja'far Ahmad Ibn Luyun al-Tujjbi menulis Kitab Ibda' al-Malaha wa-Inha' al-Rajaha fi Usul Sina'at al-Filaha. Karya ini memang terbilang karya amatir, tetapi memuat informasi penting hasil praktik para petani lokal.
Buku-buku pertanian yang ditulis para ahli di zaman kejayaan Islam terbilang komprehensif, dari soal lahan, irigasi hingga tumbuhan. Karya-karya mereka juga memuat pengetahuan pertanian secara integral termasuk peternakan, pengolahan pascapanen, manajemen pertanian dan ekonominya.
Yang menarik, terutama dari Andalusia adalah, para ahli pertanian tersebut merupakan insan-insan multitalenta. Ibnu Wafid adalah seorang dokter, Ibnu Hajjaj adalah ulama, al-Tighnari dan Ibnu Luyun adalah seniman. Sementara 'Ibnu Abdun adalah pejabat inspektorat pasar.
Karya-karya mereka yang kemudian diterjemahkan ke Bahasa Castilian sangat memengaruhi kehidupan Spanyol. Salah satu pengaruh itu tampak dari taman-taman rekreasi dan taman percobaan di Spanyol yang seakan jelmaan taman-taman dari Timur Tengah.
Kayanya informasi pertanian dari dunia Islam memicu dibuatnya Kalender Cordoba pada 961 Masehi. Kalender ini memiliki akurasi tinggi. Tiap bulannya, kalender ini mencantumkan daftar kegiatan pertanian. Misalnya, bulan Maret yang merupakan awal penanaman tanaman serealia dan masa pencangkokan tanaman tin.
Bulan Maret juga merupakan saat untuk menanam tebu, pramusim mawar sebelum mekar dan panen, masa penanaman mentimun, dan musim kawin burung-burung.
Di Kalender Cordoba, para ahli juga turut sumbang saran mengenai teknik terbaik mengolah tanah untuk persiapan masa tanam, misalnya berapa banyak padi yang harus ditanam di tiap petak lahan, dan seberapa banyak air yang harus dialirkan. Oleh Fuji Pratiwi, ed: Wachidah Handasah