Rabu 30 Nov 2016 18:14 WIB

Pendidikan IT Paling Efektif tidak Berbasis Akademis

Menggunakan laptop di pangkuan berpotensi menurunkan tingkat kesuburan pria. (ilustrasi)
Foto: Republika
Menggunakan laptop di pangkuan berpotensi menurunkan tingkat kesuburan pria. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- PHP Indonesia menyatakan bahwa pendidikan di Tanah Air mengenai informasi teknologi atau IT yang paling efektif tidak berbasis akademis.

"Sebaiknya harus dibantu dengan orang-orang yang tergabung dalam komunitas sudah terbiasa dan bagus di bidang IT," kata Head Of Executive PHP Indonesia, Peter J Kambey pada acara "Information System Expo" 2016 di kampus Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang, Rabu (30/11).

PHP adalah singkatan dari "PHP Hypertext Prepocessor", yaitu bahasa pemrograman yang digunakan secara luas untuk penanganan pembuatan dan pengembangan sebuah situs website. Ia menjelaskan, sistem pendidikan dalam bidang IT di Indonesia ini belum baik karena terlalu banyak sekatnya.

Mengenai sekat tersebut, kata Peter, teknologi itu basisnya aplikatif sehingga jika sistem pendidikan yang ada hanya berupa teori dan sedikit aplikasinya akan menjadi penghalang bagi mahasiswa untuk membentuk kreativitas IT.

Oleh sebab itu diperlukan orang-orang yang sudah menjadi praktisi dan ahli di bidangnya agar dapat mengajar ataupun berbagi kepada mahasiswa tersebut. Menurutnya, dalam segi industri teknologi, perkembangan IT di Indonesia sudah amat bagus dan prospeknya menjanjikan, tinggal bagaimana sumber daya manusianya untuk mengelola khususnya mahasiswa IT meski dalam bentuk sederhana namun sebaiknya memulai untuk membuat inovasi baru.

"Sekarang ini waktu yang paling tepat untuk bergerak mengembangkan Indonesia sebagai produsen atau pencipta IT, sehingga tidak lagi hanya sekadar konsumen, karena banyak pakar IT Indonesia sudah sangat baik di kancah nasional bahkan diakui internasional," katanya.

Sementara, saat ini kelayakan sumber daya manusia dalam bidang IT baik secara nasional maupun internasional diukur dari sertifikasi, namun standarisasi sertifikasi internasional itu terlalu tinggi untuk Indonesia.

Sedangkan standarisasi nasional yang ada sekarang justru di bawah pasar. "Mengenai sertifikasi sebaiknya Indonesia terutama pemerintah, akademisi dan juga industri bekerja sama," katanya.

Menurut dia, semua kalangan harus bekerja sama mendukung sistem sertifikasi berbasis proporsional sebab tantangan terbesar saat ini adalah ujian bagi praktisi IT yang harus menyesuaikan ekspektasi pasar.

Ia menambahkan, target terbesar yang diharapkan universitas harus giat mengundang praktisi, pakar dan pengelola pasar IT untuk mendapatkan ilmu serta orang industri juga harus rajin berbagi ilmu dengan akademisi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement