Ahad 20 Nov 2016 16:15 WIB

Primadona Raja Ampat

Red:

Hari kedua petualangan yang sebenarnya dimulai. Kami mulai berangkat dari penginapan sekitar pukul tujuh pagi. Kami sengaja berangkat lebih awal agar tidak berpapasan dengan traveler lain saat di puncak Wayag. Sebab, lokasi puncak yang tidak lebar. Kepulauan Wayag sendiri ada di Desa Waigeo Barat. Jarak yang ditempuh dari penginapan ke sana sekitar 30 menit. Ada dua pos Wayag yang akan kami kunjungi, Wayag 1 dan Wayag 2. Kedua pos Wayag tersebut  masing-masing memiliki kontur karst yang menantang, bahkan kemiringannya mencapai mencapai 80 derajat.

Jarak tempuh dari bawah Wayag 1 menuju puncaknya sekitar satu kilometer. Pada awal trekking kondisinya mirip seperti  hutan kebanyakan, ada pepohonan rindang dan cukup adem. Tetapi, setelah sekian lama berjalan, perjuangan yang sebenarnya dimulai. Saya pun kerepotan dengan batu-batu karang yang tajam, plus medan yang tak biasa. Sesekali saya mencari ranting yang cukup kuat sebagai bantuan keseimbangan tubuh.  Akhirnya dengan oleh-oleh keringat, saya berhasil sampai ke puncak. Anak saya malah sudah lama sampai duluan di puncak.  Untuk naik ke atas sebaiknya memakai peralatan trekking seperti sarung tangan, sandal/sepatu gunung, plus kacamata, dan topi. Jangan lupa bawa juga air minum.

Jangan dipikir perjuangan saya usai, tidak. Ternyata tantangan di atas sama beratnya. Teriknya matahari dan angin yang ala kadarnya mau tidak mau harus kita hadapi. Tapi, hati menjadi luluh saat melihat lanskap luar biasa di depan mata. Sungguh cantik.

Selanjutnya, kami bergegas ke bawah, melanjutkan perjalanan dengan speedboat, menuju pos Wayag 2. Beberapa teman mengacungkan tangan, tanda menyerah, tidak ingin naik ke puncak Wayag 2. Tapi, Fitri, sang pemandu kami yang cantik, mengatakan, pemandangan Wayag 2 lebih dahsyat  lagi. Mendengar pernyataan tersebut, mana mungkin saya dan keluarga kecil saya menyerah. Apalagi, saya perhatikan pada trekking sebelumnya, putra kami lancar-lancar saja, meskipun tanpa peralatan trekking. Akhirnya hanya satu peserta yang tidak ikut naik karena alasan kesehatan.

Speedboat kami beranjak ke arah Wayag 2. Fitri mengatakan, puncaknya tidak terlampau tinggi, ada sekitar 100 meter. Ya, benar memang tidak setinggi Wayag 1. Tapi, pendakiannya berlipat-lipat sulitnya. Jika di Wayag 1 masih ada rerantingan yang dapat dijadikan alat bantu demi melangkah ke karst berikutnya, di Wayag 2 ini tanamannya hanya sedikit. Kemiringannya yang 80 derajat membuat kaki bergetar, apalagi batu karangnya tajam dan matahari yang menyengat. Perjuangan yang luar biasa.

Begitu tiba di puncak, masya Allah, hanya kata itu yang terucap di bibir ini. Benar saja, pemandangannya sungguh luar biasa. Tak salah jika Wayag 2 ini disebut-sebut sebagai ikonnya Raja Ampat. Dari puncak terlihat hamparan gugusan pulau, gunung, dan bukit tanpa penghuni, dengan laut biru dan hijau toska yang tenang membisu. Sungguh tak ada perjuangan sia-sia.

Nyatanya Wayag 2,  dengan tingkat kesulitan paling wahid, sangat pantas memiliki pemandangan yang superwahid pula. Di sinilah saya benar-benar menyaksikan sepotong surga yang sering disebut banyak orang. 

Piaynemo Si Mini Wayag

Banyak orang bilang tak afdal ke Raja Ampat tanpa ke Wayag. Saya pun mengamini ungkapan tersebut. Tapi, siapa bilang Piaynemo tidak cantik? Bagi saya, tidak ada yang tidak menarik di Raja Ampat, termasuk Piaynemo. Setelah menaklukkan Wayag, saya pun penasaran ingin mencicipi Piaynemo.

Piaynemo masuk ke spot kunjungan kami pada hari ketiga. Lokasi ini dijuluki juga mininya Wayag karena bentuk gugusan pulaunya mirip dengan Wayag. Bedanya ukurannya lebih kecil. Dari Wayag traveler yang tidak kuat mendaki Wayag boleh jadi terhibur dengan  Piaynemo ini karena di sini kita tidak perlu berjuang menaklukkan karst. Sejak 2014 sudah dipasang tangga untuk mencapai puncak Piaynemo yang tingginya sekitar 200 meter.

Meski begitu, tentu saja tidak mudah-mudah amat karena anak tangganya berjumlah 300. Sekalipun di sebelah kanan dan kiri tangga ada banyak pepohonan, tak urung, saya juga ngos-ngosan mendakinya. Tapi, jangan khawatir di tengah jumlah ratusan anak tangga itu, ada tempat pemberhentian. Kita bisa melepas dahaga di sana atau beristirahat sejenak.

Dan, perjuangan menaiki anak tangga pun berbuah manis ketika kita berada di puncak Piaynemo. Tak ada perjuangan tanpa  menghasilkan keindahan. Lagi-lagi mata ini dimanjakan dengan lanskap gugusan pulau dengan bentuk aneka rupawan. Sangat harmonis dengan padu padan  lautan biru tua dan hijau toska. Begitu tenang air lautnya, seakan seperti lukisan saja.

Rasanya ingin berlama-lama di sana, tapi apa boleh buat, karena panasnya cuaca dan makin lama makin banyak turis dan traveler yang berfoto ria, kami pun kembali meniti  anak tangga untuk turun. Di bawah ada seperti pasar sederhana. Belasan penduduk lokal menjual aneka dagangan. Ada kudapan ringan dan minuman segar, kerang, keong, bahkan lobster. Lantaran haus, tentu saja kami membeli kelapa muda. Buah segar tersebut dijual  Rp 15 per buah, tak jauh beda dari yang sering saya beli di Pulau Seribu atau di tempat wisata di Jawa Barat. Saya juga membeli beberapa buah keong besar, yang satuannya dijual Rp 10.000.  Menjelang Maghrib kami istirahat di penginapan yang ada di Mansuar.  

Jangan  Lewatkan Spot Cantik Lain

Selain Wayag yang supercantik dan Piaynemo yang memesona, kami juga mengunjungi beberapa spot menarik lain, seperti Laguna Bintang, Batu Pensil, Aborek, dan pasir timbul.

Untuk melihat Laguna Bintang atau Telaga Bintang, kita harus naik ke puncak karang. Tetapi, karstnya tidak separah Wayag dan tidak juga terlampau tinggi. Dari atas puncaklah kita baru bisa melihat bentuk telaga yang benar-benar berbentuk bintang. Bentuknya seperti kolam air yang berbentuk bintang, dengan warna air hijau toska yang ciamik. Seumur hidup baru itulah saya melihat air hijau toska berbentuk bintang. Sungguh indah.

Pulau-pulau yang ada di Raja Ampat memang unik-unik, salah satunya batu pensil yang berada di kawasan Kabui. Bentuknya yang mirip pensil menarik hati pengunjung Raja Ampat untuk ke sana. Di seberang lokasi batu pensil disediakan spot untuk berfoto.

Mengingat Raja Ampat memiliki belasan ribu pulau-pulau cantik, tentu banyak keanekaragaman hayati dan fenomena alam yang menawan hati. Ada sekitar 540 jenis karang dan 1.511 jenis ikan di  lautnya. Maka, aneh rasanya jika tidak menyelam ke air, untuk snorkeling. Anak kami sangat gemar bermain air. Oleh karena itu, dia senang berada di Arborek, area yang sering dipakai traveler atau turis untuk snorkling dan diving. Suami dan anak saya yang menyelam bercerita,  ikan di sana besar-besar dan terkadang suka menggigit tubuh.  Saya tidak ikut snorkeling kali ini, tapi cukup puas memandangi pantai Arborek yang landai dengan hamparan pasir putih dan pepohonan kelapa.

Perjalanan hari terakhir kami ditutup dengan bermain-main di lokasi Pasir Timbul, tak jauh dari Arborek.  Pasirnya putih dan halus seperti pulau yang hanya terlihat dan bisa dijelajahi saat air laut surut.  Di sana kami menikmati matahari tenggelam. Setelah bermain air dan melakukan sesi foto, kami kembali ke penginapan. Dan keesokan harinya pulang ke Sorong. 

Tips Perjalanan

1. Jika ingin liburan hemat ke Raja Ampat, sebaiknya ikut rombongan tur, mengingat harga sewa speedboat untuk beberapa  hari, bisa mencapai Rp 20 juta. Ada banyak agen tur atau tour guide, tinggal disurvei harga yang pas.

2. Bawa perlengkapan penting, seperti krim pelindung matahari. Topi dan kacamata juga bisa menjadi pelengkap.

3. Jika ingin trekking ke Wayag, sebaiknya membawa sarung tangan, sandal/sepatu gunung, plus air mineral.

4. Bagi  yang sering mabuk laut, minumlah obat antimabuk kendaraan. Semua perjalanan di Raja Ampat berada di laut lepas. Jangan lupa juga membawa peralatan medis lain, seperti obat merah, penutup luka, dan obat-obat penting yang sedang kita konsumsi (obat asma misalnya).  Selama di perjalanan sepertinya mustahil menemukan apotek.

5. Berfoto ria di dalam air dengan kamera GoPro memang mengasyikkan, tapi berhati-hatilah. Jika sedang apes, ombak yang deras akan menghilangkan keseimbangan kita. Kamera mahal itu pun bisa hilang ditelan air.

6. Jangan lupa membeli sim card telepon yang dapat menjangkau sampai ke Raja Ampat.

OLEH ROSITA SIHOMBING  Traveler, tinggal di Paris, Prancis, ed: Nina Chairani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement