Jumat 18 Nov 2016 18:00 WIB

Sukarno, Owner Pernak-Pernik Asli Rinjani: Dari Pendaki untuk Pendaki

Red:

Kecintaan pada Gunung Rinjani kerap dijadikan alasan bagi para pendaki untuk kembali menapakinya. Gunung Rinjani juga sudah menjadi sumber inspirasi yang begitu terpatri dalam sanubari para pendaki.

Rinjani pula yang melatarbelakangi lahirnya usaha bernama Pernak-Pernik Asli Rinjani (Pasir). Berikut kisah Sukarno, owner Pernak-Pernik Asli Rinjani (Pasir), kepada wartawan Republika,  Muhammad Nursyamsyi, beberapa waktu lalu.

Berawal dari kegemarannya mendaki Gunung Rinjani, Sukarno tanpa disangka mampu membungkus kecintaannya itu dengan hasil karya yang menghasilkan."Segini besarnya Gunung Rinjani, kenapa tidak ada yang menjual oleh-oleh Rinjani," ujar seorang wisatawan kepada Sukarno suatu ketika.

Ucapan wisatawan tersebut menginspirasi Sukarno membuka oleh-oleh khas Gunung Rinjani pada 2006 silam. Dengan modal awal hanya Rp 100 ribu, ia mencoba membuat stiker dan gantungan kunci dengan tulisan Rinjani. Setiap Sukarno melakukan pendakian, stiker dan gantungan kunci Rinjani selalu dibawa dan ditawarkan kepada para pendaki.

Sukarno mengungkapkan, penamaan Pasir bukanlah tanpa alasan. Selain mudah diingat, juga terdapat filosofi yang kuat di dalamnya. Pasir merupakan salah satu material terkecil yang ada pada gunung. Meski kecil, apabila dikumpulkan, tentu akan menggunung.

Sukarno memanfaatkan area seluas 5x3 meter di rumahnya sebagai toko Pasir. Beragam produk tersaji rapi mulai dari kaus, tas, syal, gantungan kunci, stiker, hingga gelang. Semuanya bertuliskan "Rinjani". Soal harga pun bervariasi, mulai dari Rp 5.000 hingga menyentuh Rp 1 juta.

Jam operasi toko milik Sukarno tidaklah lama, buka mulai pukul 15.00 dan tutup pukul 19.26 waktu setempat. Jam operasional toko ini disesuaikan dengan angka ketinggian Gunung Rinjani, yakni 3.726 meter di atas permukaan laut (mdpl). Sukarno berharap teman-teman pendaki langsung ingat ini Rinjani.

Untuk produksi Pernak-Pernik Asli Rinjani, Sukarno dibantu enam karyawan lepas dan memberdayakan masyarakat sekitar. Ia juga memesan gelang dan kain tenun karya anak-anak desa adat di Sade, Lombok tengah, yang memang dikenal dengan kerajinan tangannya.

Selain berjualan langsung, Sukarno juga melakukan pemasaran dengan menitipkan produknya kepada para pedagang kecil di sekitar kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR). Selain itu, ayah dari satu anak ini juga memanfaatkan media sosial untuk berjualan secara daring (online).

Atas jerih payahnya ini, Sukarno mampu meraup rata-rata Rp 1 juta setiap harinya. Bahkan, jika sedang ramai, ia bisa mengantongi penghasilan hingga Rp 4 juta. Tak hanya pendaki lokal, para pendaki mancanegara pun kesengsem dengan produk buatan Pasir, di antaranya Malaysia, Singapura, Australia, hingga Korea Selatan.

Sukarno memerinci kebanyakan turis Malaysia yang mendatangi tokonya belanja kaus dan kopi khas Lombok. Sedangkan, pendaki dari negara lain lebih tertarik dengan produk yang ringan, seperti gantungan kunci dan gelang.

Pria berusia 43 tahun ini juga kerap mendapat orderan khusus untuk membuatkan oleh-oleh khas gunung lain di Indonesia, seperti Gunung Semeru hingga 4.000 gelang per pekannya. Kebiasaannya mendaki gunung-gunung yang ada di Indonesia membuka jalan baginya untuk mendulang pundi-pundi rupiah.

Sejatinya perjalanan Sukarno merintis usaha ini tak selalu mulus. Ia mengaku sempat vakum selama beberapa tahun karena kesibukannya sebagai pegawai negeri sipil (PNS), sebelum mulai kembali aktif pada 2009.

Pekerjaannya sebagai perawat di Puskesmas Lingsar membuat ayah Nabila Ibrahim ini harus pintar membagi waktu. Beruntung ia dikelilingi keluarga yang terus memberi dukungan agar tidak patah arang mengembangkan usahanya.

Selepas menjalani tugas mulia menjadi perawat, Sukarno sibuk melakukan produksi hingga melayani pembeli. Saat akhir pekan tiba, ia menyambangi TNGR untuk menyuplai produknya. Saat jalur pendakian ditutup, ia memanfaatkannya dengan mengirim perkembangan aktivitas status Rinjani melalui media sosial, yang pada akhirnya semakin mengenalkan Pasir kepada wisatawan.

Ke depannya, Sukarno ingin membuat toko di lokasi yang lebih strategis antara Bandara Internasional Lombok, Pelabuhan Lembar, atau Kota Mataram. Namun, untuk saat ini pengembangan sistem penjualan dan menjaga pelanggan menjadi prioritas utama.

Selain bekerja dan berusaha, Sukarno juga aktif dalam kegiatan kelestarian lingkungan Rinjani dengan mengemban amanah sebagai Koordinator bagian logistik pada Trashbag Community NTB. Menurut dia, keberlangsungan usaha sangat bergantung pada kebersihan dan kenyamanan gunung berapi tertinggi kedua di Indonesia tersebut.

Sukarno berharap pemerintah lebih serius dalam menangani kelestarian Rinjani, terutama mengenai persoalan sampah yang seakan tak ada habisnya. Kotornya Rinjani akan berdampak negatif bagi pariwisata dan juga perekonomian warga sekitar yang menggantungkan hidupnya pada Rinjani. "Pemerintah harus memberi perhatian dalam kebersihan Rinjani. Karena, kalau Rinjani kotor, wisatawan tidak datang dan kita-kita bisa bangkrut," kata Sukarno.     Oleh Muhammad Nursyamsi, ed: Citra Listya Rini

Nama : Sukarno

Alamat: Jalan Gora II, Gang Wirausaha, Dusun Bug-bug Utara, Desa Bug-bug, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat, NTB. (Sebelah timur RSJ Mataram)

HP: 087765005006

Facebook: Rinjani Clothing

Instagram: @rinjaniclothing_pasir

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement