Jumat 11 Nov 2016 18:00 WIB

Gusti Jayeng Saputra, Owner Jaens Spa Ubud : Jangan Takut Cuma Punya Satu Cita

Red:

Spa belakang ini bukan sekadar tren, melainkan sudah menjadi kebutuhan. Padatnya aktivitas sehari-hari dan tingginya mobilitas, khususnya masyarakat di perkotaan, mendatangkan lelah, penat, dan bosan. Rutinitas sangat menyita waktu sehingga mereka membutuhkan relaksasi.

Dulu orang-orang masih menggunakan jasa tukang pijat tradisional, tapi sekarang mereka lebih suka mengunjungi tempat spa yang nyaman. Inilah yang mendasari seorang Gusti Ketut Jayeng Saputra optimistis membesarkan bisnis day spa bernama Jaens Spa di Ubud, Bali. Berikut kisah Gusti Jayeng Saputra kepada wartawan Republika, Mutia Ramadhani, di Denpasar, beberapa waktu lalu.

Perkembangan bisnis spa di Pulau Dewata sangat menjanjikan. Bahkan, Bali dinobatkan sebagai destinasi spa dunia atau World Spa Destination. Spa memiliki banyak kategori, mulai dari day spa, home spa, medical spa, hingga resort spa.

Jumlah pebisnis spa di Bali sangat banyak. Profesionalitas dan fasilitas menjadi pembeda satu sama lainnya. Jaens Spa Ubud merupakan salah satu day spa populer di Bali. Day spa menyediakan layanan perawatan, seperti massage, facial, dan perawatan tubuh lain yang dikelola perseorangan.

Jaens Spa kali pertama didirikan pada 1 Desember 2010. Perjuangan Jayeng membesarkan bisnis dalam usia tergolong muda sangat menginspirasi. Sejak menjadi siswa SMA, anak keempat dari empat bersaudara ini hanya menyimpan satu impian, yaitu memiliki bisnis day spa sendiri.

Jayeng sedari remaja sudah mandiri secara finansial. Begitu lulus SMA, dia melanjutkan pendidikan Diploma III Manajemen Spa di Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Nusa Dua. Ia rela bolak-balik Nusa Dua-Ubud untuk menerima panggilan jasa sebagai terapis spa yang keahliannya didapatkan secara autodidak. "Uang yang saya terima waktu itu saya gunakan untuk membayar kuliah," katanya.

Kemampuannya dalam bidang spa terapis berkembang saat menjalani latihan sebagai mahasiswa di resor spa, Hotel Four Season, Nusa Dua. Jayeng di sana menggali banyak ilmu, tak hanya teknik spa, tapi juga manajemen usaha.

Pada 2008, saat statusnya sudah menikah, Jayeng sempat gamang untuk mewujudkan mimpinya. Dia rehat sejenak dengan mengelola usaha laundry untuk mengisi pundi-pundi rupiahnya. Siapa sangka satu hari saat berkeliling menjalankan bisnis laundry, sang istri yang bernama Eni Saputra menemukan sebuah salon kecil di Jalan Pengosekan, Ubud. Salon ini juga menawarkan layanan pijat ke pengunjung dengan tarif Rp 60 ribu per jam. Pendapatannya hanya Rp 2,5 juta-Rp 3 juta per bulan.

Jayeng menemukan kembali semangatnya dan memberanikan diri menawarkan kerja sama dengan si pemilik salon. Tempat itu disewakan Rp 45 juta per tahun. Ayah tiga anak ini beruntung karena si pemilik salon bersedia dibayar dengan cicilan Rp 4,5 juta per bulan.

Hanya bermodalkan empat orang karyawan, termasuk dirinya dan istri, Jayeng mengelola cikal bakal Jaens Spa pertama. Pria kelahiran Bondalem ini sangat gigih meski dalam kondisi istri sedang beranak satu dan orang tuanya sakit. Jaens Spa berhasil mencatat pendapatan Rp 9 juta pada bulan pertama beroperasi.

Jayeng kemudian mempromosikan bisnisnya dengan mencetak brosur, membagikannya ke Central Ubud, hingga membuat blog berkonsep website tentang Jaens Spa. Usaha spa dua kamarnya berkembang menjadi tiga kamar seiring bertambahnya jumlah tamu yang datang. Jayeng pun memberanikan diri mencari pinjaman dana dari salah satu bank swasta, Danamon, dan menambah jumlah kamar menjadi enam.

Pemenang Wirausahawan Muda Bali 2014 ini memperluas jaringan dan kualitas bisnisnya dengan cara belajar banyak dari buku, Youtube, mengikuti berbagai seminar, hingga bergabung dengan asosiasi spa. Kegigihannya berbuah manis. Usaha spa yang awalnya hanya mengantongi Rp 900 ribu per hari meningkat menjadi Rp 3 juta-Rp 4 juta per hari.

Jayeng berhasil membuka cabang kedua Jaens Spa pada Juli 2015 yang terdiri atas 10 kamar. Bisnisnya kini dijalankan 55 orang karyawan dengan satu orang manajer dan dua orang pengawas. Pengunjung Jaens Spa, 95 persennya adalah wisatawan mancanegara dari Australia, Singapura, Cina, Malaysia, dan negara-negara Eropa. Satu orang cukup membayar Rp 180 ribu per jam.

Selalu bersyukur menjadi prinsip Jayeng dalam menjalankan bisnisnya. Pemuda Bali ini merasa Tuhan selalu memberikannya hasil akhir melebihi ekspektasi. Secara perlahan, pendapatan Jaens Spa meningkat drastis, mulai dari Rp 300 juta pada tahun pertama berdiri, menjadi Rp 700 juta (2012), Rp 1,4 miliar (2013), Rp 2,7 miliar (2014), dan Rp 2,8 miliar (2015). Hingga Oktober 2016, Jaens Spa sudah membukukan pendapatan Rp 3 miliar.

Jayeng mempunyai kebiasaan unik untuk mempertahankan kualitas pelayanan, mulai dari kualitas terapis, staf, dan variasi layanan. Dia dan istri juga langsung turun ke lapangan berbelanja perlengkapan spa. "Kami sama sekali tak memosisikan diri sebagai pemilik. Kami ini juga sama seperti karyawan lain yang bekerja," katanya.

Jayeng juga menyisipkan materi pelatihan untuk seluruh karyawannya di setiap pertemuan. Misinya adalah menjadikan Jaen Spa sebagai day spa pilihan utama di Bali. Pria berkuncir ini masih menyimpan impian lain untuk meraih gelar sarjananya dalam usia 35 tahun. Dia berencana untuk melanjutkan kuliah sekaligus mengelola cabang ketiga Jaens Spa di Nusa Dua.

Jayeng mengajarkan kepada generasi muda supaya tak perlu takut meski hanya mempunyai satu impian. Banyak orang memiliki lebih dari satu cita-cita, tapi Jayeng ketika ditanya hanya mempunyai satu jawaban, yaitu menjadi pebisnis spa.

Pemikirannya seolah sudah terkonstruksi pada satu impian, memiliki day spa sendiri. Jayeng menilai, cita-cita adalah satu hal yang sungguh diinginkan dan disukai. Masalah sukses atau tidak sukses, itu bergantung seberapa gigih seseorang berusaha menggapai impiannya. "If it is to be, it is up to me," katanya.       Oleh Mutia Ramadhani, ed: Citra Listya Rini

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement