Selasa 01 Nov 2016 13:26 WIB

RS Jerman Jalankan Terapi untuk Cegah Pedofilia

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Winda Destiana Putri
pedofilia - ilustrasi
Foto: blogspot.com
pedofilia - ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Jaringan perawatan kesehatan Jerman menjalankan metode komprehensif untuk mencegah terjadinya kasus pedofilia. Program diterapkan kepada para pelaku alias mereka yang mengalami gangguan seksual berupa gairah seksual terhadap remaja atau anak-anak di bawah usia 14 tahun.

Proyek bernama Don't Offend yang dibiayai dana publik ini telah dijalankan di 11 pusat perawatan kesehatan seluruh Jerman sejak satu dekade lalu. Sampai saat ini, lebih dari tujuh ribu orang telah mencari informasi tentang program tersebut, termasuk di wilayah Berlin, Hamburg, dan Dusseldorf.

Iklan yang disiarkan lewat televisi dan laman daring juga mengimbau pelaku potensial untuk mendapatkan bantuan terapi sebelum 'bertindak'. Terapi bernama Kein Taeter werden itu mengajarkan pelaku untuk menahan diri atas kecenderungan mereka menonton pornografi anak.

Klaus Beier, pimpinan program dari RS Universitas Charite, Berlin, menyatakan bahwa pedofilia tidak dapat disembuhkan. Akan tetapi, kondisi itu bisa dicegah dengan jalan membuat pelaku belajar mengendalikan dorongannya dan menumbuhkan empati terhadap calon korban.

Proyek didasarkan pada prinsip bahwa ketertarikan seksual kepada anak-anak adalah masalah medis, dan bukan kejahatan sampai dorongan tersebut ditindaklanjuti. Pendapat itu sejalan dengan Organisasi Kesehatan Dunia yang mengklasifikasikan pedofilia sebagai 'gangguan preferensi seksual'.

Hingga kini, sebanyak 659 orang telah diterapi, dengan 251 orang telah tuntas menyelesaikan seluruh program. Para peserta terapi bisa mempertahankan identitas anonim dari awal hingga akhir perawatan, bahkan tanpa menyebutkan identitas kepada terapis mereka.

Selain terapi untuk menahan diri, program yang masih dianggap kontroversial di Jerman ini juga menawarkan bantuan medis seperti pengebirian kimiawi. Para ilmuwan dari seluruh dunia termasuk negara-negara di Amerika Utara, Prancis, Swiss, dan India cukup tertarik dengan proyek yang digagas Jerman itu dan mempertimbangkan untuk ikut melakoninya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement