Ahad 23 Oct 2016 17:00 WIB

Fariduddin Attar Legenda Sastra Sufistik dari Nishapur

Red:

Abu Hamid bin Abu Bakar Ibrahim atau lebih dikenal dengan Fariduddin At tar adalah penyair sufi besar asal Persia yang pernah muncul dalam sejarah Islam.

Dunia mengakui ketajaman puisi-puisi yang ditulis Attar. Pada November 2002, Konferensi Internasional tentang Attar diadakan di London, Inggris. Konferensi tidak hanya bertujuan merayakan keindahan luar biasa dari karya Attar, seperti prosa dan karya sastra lainnya.

Acara ini juga hendak menelusuri doktrin mistisisme dalam karyanya, dengan menempatkan puisi dan prosa dalam konteks yang lebih luas dari tradisi Persia Sufi.

Dalam sejarah sastra Persia, belum ada yang tidak menerima pola pikir Attar dalam merumuskan ideologi sufi. Attar, tokoh kelahiran Nishapur, Iran, pada 506 H/1119M tepatnya di desa bernama Kadkan ini, berarti ahli kimia atau ahli minyak wangi merupakan gelar (laqab) yang diberikan masyarakat sesuai dengan profesinya sebagai dokter.

Informasi tentang kisah hidup Attar memang tidak terlalu banyak. Hanya dua nama yang mampu memberikan kisah tentang Attar, yang hidup pada ma sanya. Ia adalah Awfi dan Tussi. Menurut kedua orang tersebut, Attar dikenal sebagai penyair dari periode Seljuk.

Menurut B Reinert dalam Attar in Encyclopedia Iranica, Attar ialah sosok penyair yang tidak terlalu begitu dikenal, kecuali hanya di kota kelahirannya.

Cerita tentang kebesarannya sebagai ahli spiritual, penyair, dan ahli narasi tidak diketahui sampai abad ke-15. Attar merupakan salah satu penyair yang menjadi inspirasi Jalaluddin Rumi.

Rumi kecil sempat bertemu Attar. Bahkan, Attar pernah meramal Rumi akan menduduki posisi tinggi dalam tasawuf. Attar adalah anak seorang ahli kimia yang makmur.

Ia menerima pendidikan yang sangat baik dalam berbagai bidang. Sebelum menekuni bidang tasawuf dan puisi, Attar sempat berprofesi sebagai ahli farmasi di apotek. Ia menjadi ahli farmasi setelah kematian ayahnya. Orang-orang yang bekerja di apotek sering bercerita kepada Attar tentang permasalahan yang mereka alami.

Permasalahan yang diceritakan tersebut memengaruhi diri Attar. Tidak diketahui secara pasti kapan tepatnya Attar menekuni dunia tasawuf. Banyak spekulasi yang bermunculan terkait apa penyebab Attar mulai menekuni dunia tasawuf.

Namun, ada satu kisah yang sampai sekarang dipercaya menjadi alasan Attar menekuni dunia tasawuf tersebut. Saat menjaga apotek ia dihampiri oleh seorang fakir miskin.

Attar mengira bahwa orang miskin tersebut adalah pengemis. Ia lalu membentak dan mengusirnya. Namun, dengan tenangnya fakir miskin tersebut menjawab, jangankan meninggalkan apotek, meninggalkan dunia saja mudah baginya.

Pernyataan ini membuat Attar terkejut. Belum sempat Attar membalas ucapan itu, si fakir miskin telah meninggal di depan toko Attar. Kejadian ini mengubah jalan hidup Attar.

Ia memutuskan meninggalkan apotek dan berkelana. Dari Baghdad, Basrah, Kufah, Makkah, Madinah, Damaskus, Khawarizm, Turkistan, dan India. Dalam perjalanannya yang panjang inilah, Attar bertemu dengan Syekh Sufi.

Beberapa tahun kemudian, dalam usia 35 tahun, Attar kembali ke tanah kelahirannya sebagai guru spiritual yang masyhur. Ia melanjutkan lagi profesinya sebagai ahli farmasi dan saudagar minyak wangi, di samping memberikan bimbingan-bimbingan spiritual dan membuka sejumlah sekolah.

Kekayaannya semakin bertambah, demikian juga kemasyhurannya sebagai seorang sufi. Atmosfer sufi Syamsun Ni'am dalam Maqamat dalam Manthiq at-Thayr Attar menjelaskan, pada masa mudanya, ia memulai belajarnya dengan membaca Alquran, kemudian diikuti dengan pelajaran-pelajaran agama lainnya. Selanjutnya, ia juga pernah berada di Masyhad sekitar 13 tahun.

Di sana, di samping belajar teologi, ia juga belajar ilmu kedokteran pada Majd ad-Din al-Baghdadi (w. 1219). Selang waktu itu, Attar juga telah menampakkan ketertarikannya pada bidang kesusastraan, terutama bidang syair dan prosa.

Hal ini tidak terlepas dari kondisi saat itu (masa Dinasti Saljuk) yang perkembangan puisi mistik Persia berkembang pesat, seperti halnya mazhab-mazhab fikih.

Attar belajar di bawah bimbingan Syekh Rukmud ad-Din dan juga pada Abu Sa'id bin Abi al-Khair. Di samping itu, Attar juga memperdalam dan mempraktikkan kesufian dengan cara membaca buku-buku tentang tasawuf yang telah ditulis oleh ulama-ulama sufi sebelumnya.

Di antaranya, Hikayat al-Masyayikh karya Abu Muhammad Ja'far bin Muhammad al-Khuldi (w 348), al Luma' karya Abu Nashr as-Sarraj (w 378), Thabaqat as- Shufiyah karya 'Abdurrahman Muhammad bin Husein as-Sulami (w 412), al-Risalat al-Qusyairiyah karya Abu Qasim al-Qusyai ri (w 405), Kasyf al-Mahjub karya al- Hujwiri (w 467), dan buku-buku sufi lainnya yang beredar pada saat itu.

Dalam Tadzkirat al-Awliya disebutkan Attar meninggal pada usia 78 tahun. Ia meninggal karena adanya aksi kekerasan yang dilakukan pasukan Mongol kepada Attar di Nishapur pada April 1221.

Pasukan Mongol memenggal kepala Attar. Makam Attar terletak di Nishapur. Dibangun oleh Ali-Shir Nava'i abad ke-16 dan kemudian mengalami renovasi total pada masa Reza Shah pada 1940. ned: nashih nashrullah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement