Senin 17 Oct 2016 13:00 WIB

mozaik- Turki dan Perkembangan Geografi

Red:

Sebelum wafat, sang pendiri Kesultanan Turki Utsmani, Osman Gazi atau Osman Bey (1299-1326), berpesan kepada putranya, Orhan (1326-1359), "Jadilah penolong agama dan penjaga ilmu pengetahuan." Pesan itulah yang kemudian diperhatikan betul oleh Orhan yang menjadi sultan kedua dalam memimpin negerinya, Turki.

Dalam artikel berjudul Turkish Contributions to Islamic Geography yang dimuat laman Muslim Heritage, Imran Baba menuturkan, bangsa Turki punya tempat sendiri dalam sejarah terutama kontribusi mereka dalam ilmu pengetahuan seperti geografi. Ketertarikan bangsa Turki kepada geografi tak lepas dari lingkungan sekeliling mereka.

Adalah hal umum untuk memiliki pengetahuan soal navigasi melalui bintang, pergerakan planet, dan perubahan cuaca untuk memandu migrasi. Perjalanan haji, menentukan arah kibrat ke Ka'bah dan penentuan waktu shalat menjadi motivasi religi bangsa Turki untuk menguasai geografi.

Orang-orang Turki Uyghur di Asia Tengah tercatat dalam sejarah memiliki ketertarikan besar kepada geografi, bahkan selama periode-periode awal. Turki Uyghur bahkan telah memahami pergerakan bintang dan revolusinya.

Salah satu ahli geografi Turki generasi awal adalah Mahmud Kashgharli. Ia adalah ahli leksikologi, tapi bisa menggambar peta dunia berdasarkan informasi hasil tutur lisan. Adikaryanya adalah sebuah buku berjudul Divanu Lugat-it-Turk.

Buku ini adalah kamus bahasa Turki yang tak hanya berisi kosakata dari abad ke-11, tapi juga menggunakan kutipan-kutipan dari banyak karya sastra Turki. Arti tiap kosakata Turki dalam buku ini juga dilengkapi tulisan Arab. Namun, penyusunan kosakata di buku ini agak tidak biasa sehingga terasa sulit dipahami bagi mereka yang tidak familiar dengan keseluruhan konten buku.

Buku Mahmud Kashgharli yang diselesaikan pada 1073 Masehi itu penting bagi sejarah sastra dan budaya Turki. Karya ini demikian artistik dan indah, karena peta di dalamnya digambar berwarna dan direproduksi oleh Besim Atalay sebagai volume kedua penerjemahan bahasa Turki modern.

Dalam peta itu digambarkan Turki bersama negara-negara tetangga yang mengelilinginya seperti Cina dan Afrika Utara. Di sana juga terdapat deskripsi geografi seperti nama kota, gunung, dan sungai.

Penulis lain yang juga terkenal di era awal perkembangan karya geografi Turki adalah Mehmed bin Omer bin Bayezid bin Ashiq dengan karyanya Menâzir al-Awâlim yang ditulis pada 1598. Buku ini berisi materi tentang samudra, pulau-pulau, danau, sungai, mata air, gunung, dan kota-kota. Mineral, tumbuhan, dan hewan juga dibahas di sana.

Muhiddun Piri Reis

Ahli geografi Turki paling terkenal adalah Muhiddun Piri Reis (wafat 1554 M) yang menyajikan karya original di bidang geografi kelautan dan navigasi. Ia tahu setiap lekuk Laut Mediterania dan pernah menjadi komandan invasi Mesir oleh Turki di Pelabuhan Alexandria, saat Turki dipimpin Yavuz Sultan Selim.

Piri Reis juga tertarik kepada kartografi dan berhasil merampungkan gambar peta dunia pada 1513 yang dibuat dalam dua bagian. Sayangnya, hanya gambar peta bagian barat yang masih terjaga dan kini berada di Museum Topkapi, Istanbul, Turki. Peta berukuran 90 kali 65 sentimeter ini menunjukkan bagian timur Amerika dan barat Afrika, Portugal, Spanyol, serta Samudra Atlantik. Gambarnya dibuat berwarna, lengkap dengan ilustrasi dan catatan terkait negara-negara di peta, warganya, hewan, dan tumbuhannya.

Peta buatan Piri Reis juga merupakan sebuah portolano yang memiliki basis matematika. Piri Reis menggunakan sekitar 20 peta lain untuk membuat peta ini yakni delapan peta Mappa Mundi, empat peta buatan penjelajah Portugis, tiga peta India, satu peta Arab, dan satu peta milik Chistopher Columbus yang hilang. Seperti peta kontemporer lainnya, tak ada garis bujur dan lintang di peta buatan Piri Reis. Namun, terdapat arah kompas yang juga digunakan sebagai skala.

Ia membuat gambar gunung dan sungai yang ditandai dengan garis tebal. Wilayah berbatu diwarnai warna hitam, daerah berpasir dan perairan dangkal diberi warna kemerahan dengan titik-titik. Peta ini bahkan disebut sebagai salah satu peta tertua yang sempurna karya seorang laksamana.

Piri Reis juga membuat peta dunia yang kedua pada 1528 M yang sayangnya hanya bagian barat yang kini tersimpan di Museum Topkapi. Peta ini berwarna, juga dilengkapi keterangan peta. Dalam potongan peta itu terlihat bagian utara Samudra Atlantik dan sebagian benua baru, Amerika.

Dengan detail dan perbaikan teknik yang diperlihatkan dalam peta kedua ini, Piri Reis dinilai sangat memerhatikan perkembangan temuan-temuan terbaru di eranya. Piri Reis konon sempat menggambarkan Samudra Hindia dan Laut Cina, tapi tak ada bagian gambar peta dua objek itu yang bisa diselamatkan.

Buku Piri Reis tentang geografi kelautan, Kitab i-Bahriya, berisi 209 bab dengan 215 peta, diagram, gambar, serta pengukuran akurat garis pantai dan pulau-pulau di Laut Mediterania dan Laut Hitam. Sebenarnya, buku ini adalah semacam panduan navigasi berdasarkan pengalaman Piri Reis.

Ia mengumpulkan semua informasi terdahulu, lalu ia tambahkan pengetahuan praktis yang dibutuhkan para pelaut dalam rute-rute pelayaran penting. Ia menggambar peta besar di setiap bab bukunya. Dengan kekayaan informasi, Kitab i-Bahriya tak hanya menjadi buku panduan, tapi juga portolano kontemporer paling maju di era itu dengan teknik kartografi mutakhir.

Kitab i-Bahriya awalnya didedikasikan kepada penguasa Turki Utsmani, Sultan Selim I pada 1521 M. Namun, setelah sang Sultan wafat, Piri Reis mempersiapkan versi kedua Kitab i-Bahriya dengan sejumlah peta tambahan, modifikasi, dan revisi. Ia bahkan menambahkan kata-kata pembukaan yang puitis di muka buku dalam Bahasa Turki tentang laut dan pelaut. Kitab i-Bahriya versi kedua ini, ia persembahkan bagi Sultan Turki Utsmani, Suleyman pada 1525 M.

Ide Piri Reis mengenai kartografi direkam di bagian awal bukunya. Di sana ia menyebut, sebuah peta hanyalah bagian permukaan untuk menggambarkan bentang bumi. Menggambar peta butuh pengetahuan dan spesialisasi, sebab kesalahan sedikit saja saat menggambar mengakibatkan peta menjadi tak berguna.

Piri Reis menggambar peta, seperti Laut Cina dan Samudra Hindia, yang kala itu justru belum dikenal di dunia Barat. Semua karya-karya itu membuat Piri Reis dikenal sebagai ilmuwan brilian di zamannya.     Oleh Fuji Pratiwi, ed: Wachidah Handasah

***

Ragam Karya Tulis Geografi

Bangsa Turki memiliki banyak buku penting lain tentang geografi. Di antaranya, Kitab al-Muhit fil-'ilm al-Aflak va'l-Abhar karya Sidi Ali Reis atau yang lebih dikenal sebagai Katib-i Rumi (wafat 1562 M). Buku yang selesai ditulis pada 1554 M ini dibuat berdasarkan pengalaman pribadi. Buku ini memuat tentang Samudra Hindia dan pantai-pantai Afrika.

Buku lain Katib-i Rumi adalah Mirat al-Mamalik yang membahas India, Afghanistan, Asia Tengah, dan Persia dari hasil penjelajahannya ke negeri-negeri itu. Mirat-i Kainat adalah buku penting lain karyanya. Katib-i Rumi menggambar peta di buku-bukunya, kecuali buku tentang cara bertahan hidup.

Karya terkait geografi paling komprehensif adalah Jiham-Numa yang ditulis  oleh Mustafa ibnu Abdallah atau Katib Chelebi atau Hajji Khalifa (1608-I656 M). Ia dikenal dengan karya ensiklopedianya,  Kashf al-Zunun. Ensiklopedia biografi karyanya, Sullam al-Vusul dan buku sejarah angkatan laut Turki Utsmani berjudul Tuhfat al-Kibar fi Asfar al-Bihar masih digunakan sebagai buku referensi hingga saat ini.

Di antara semua karya Mustafa ibnu Abdallah, Jihan-Numa adalah yang paling luar biasa. Di dalamnya terkumpul informasi penting geografi Anatolia, Suriah, Irak, Mesir, dan Turki Eropa. Jihan-Numa pernah digandakan melalui proses cetak pada 1732 M oleh Ibrahim Muteferrika (1674-1744 M) yang merupakan pengusaha percetakan pertama di Istanbul pada 1728 M.

Tarih-i Seyyah atau Seyahat Name karya Evliya bin Dervish Muhammed Zilli atau dikenal sebagai Evliya Chelebi (1611-1678 M) juga merupakan buku yang berisi fakta geografi hasil perjalanan sang penulis. Hasil dari perjalanan selama 40 tahun (1631-1670 M), karya Evliya Chelebi bisa dikatakan lebih dari sekadar catatan perjalanan mengelilingi wilayah Turki Utsmani dan negara-negara tetangganya. Sebab, yang ia muat tak hanya soal geografi, tapi juga pengamatan atas budaya setempat lengkap dengan deskripsi gedung dan lansekap kota-kota.

Sementara, Manasik al-Hajj karya Mehmed Edib (1779 M) memuat detail prosesi haji dari sudut geografi. Karya Mehmed Edib ini bahkan salah satu yang paling detail.

Beberapa karya lain juga terbilang menarik, seperti karya Ali Ibnu Ahmad Ibnu Muhammed al-Sharqi pada 1551 M yang mengingatkan kepada al-Beyruni dan peta Laut Hitam karya Mustafs Resmi pada 1785 M.

Dengan karya-karya seputar geografi yang dihasilkan, bangsa Turki berkontribusi signifikan dalam dunia kartografi dan sejarah geografi. Dalam hal ini, bangsa Turki memang terpengaruh Arab, tapi mereka tidak mengekor secara utuh. Sumbangsih para ahli geografi dan kartografi bangsa Turki dinilai telah menjembatani peradaban Islam abad pertengahan dengan kartografi modern.      ed: Wachidah Handasah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement