Ahad 09 Oct 2016 14:18 WIB

BERBURU Makanan Halal

Red: Arifin

Jauhnya perjalanan membuat perut terasa keroncongan. Kami pun membidik kedai kecil yang menyajikan makanan Indonesia bernama Blok M. Kedai milik seorang pengusaha asal Jakarta itu berada di 380 Little Bourke Street yang bersembunyi di antara gemerlap perkantoran di kawasan bisnis Melbourne.

Memasuki kedai, kami disambut dengan aroma gulai kambing yang mengundang selera.

Gulai itu tengah dinikmati seorang tamu asal Eropa lengkap dengan emping dan acar. Penasaran, kami pun memesan menu yang sama.

Hangatnya gulai bisa mengobati dinginnya badan dan perut yang sudah mulai berbunyi. 

Blok M menyajikan masakan khas Indonesia. Selain gulai kambing, pengunjung bisa menikmati satai ayam, nasi goreng dari seafood hingga kambing, hingga tahu dan tempe. Meski tempatnya kecil, kedai ini dipenuhi berbagai pengunjung yang kebanyakan orang Asia dan Indonesia. 

Dilihat dari poster yang dipasang pada dinding kedai, Blok M memperkenalkan diri sebagai nama dari salah satu kawasan yang sibuk di Jakarta. Dengan logo bajaj, kendaraan khas ibu kota, Blok M berupaya menampilkan kekhasan Indonesia di dalam kedainya. 

Waktu 10 menit menunggu pun berlalu.

Seorang pelayan dengan menu pesanan kami, gulai kambing lengkap dengan nasi akhirnya keluar dari dapur. Tanpa basa-basi, kami pun melahap gulai tersebut. Rasanya sangat Indonesia. Kaya akan rempah dengan rasa yang agak pedas membuat gulai itu terasa benar-benar hangat. Manisnya daging kambing berpadu dengan kuah yang kental. Satu porsi gulai kambing membuat energi kami kembali terisi.

Makanan halal dengan rasa Asia bukan hanya tersaji di Blok M. Di pusat kota, ada beberapa restoran yang sudah ternama di Indonesia, seperti Nelayan dan Es Teler 77. Di pinggir kota pun, ada satu resto mini yang bukan hanya menyajikan menu khas Indonesia.

Pelayannya pun diekspor langsung dari Jawa.

Jokamz yang terletak di Cardiff Street, dekat Universitas Melbourne, menyajikan beragam menu nusantara dengan cara prasmanan. 

Menu unggulannya adalah iga bakar, rendang, dan terung balado. Tak hanya itu, Jokamz pun memiliki menu inovasi yang mempertemukan barat dan timur. Burger di Jokamz memiliki fillateyang berbeda dari burger umumnya. Ada burger tempe, burger terung balado, hingga burger isi rendang. Selain dijamin halal, semua menu ini cocok untuk perut orang Indonesia.

Bukan itu saja, resto cepat saji khas Timur Tengah juga dapat menjadi alternatif lain. Di sekitar Jalan Flinders, misalnya. Tersedia beberapa resto cepat saji dengan menu kebab hingga nasi biryani. Soal harga masih terjangkau. Rata-rata menu halal di Melbourne berkisar 10 dolar Australia. Sebagai saran, jangan ragu untuk bertanya apakah menu tersebut halal atau tidak. Rata-rata chefdan pengelola resto Australia sudah mengerti apa itu halal.

Mereka pun akan menjelaskan dengan jujur jika menu yang disajikan tidak halal. 

Bath Box Keesokan harinya kami diajak berpelesir oleh Ketua Asosiation Islamic Dakwah in Australia (AIDA), Wiraguna Soenan Haniman, ke Pantai Brighton, usai meliput aktivitas AIDA.

Di pantai yang terletak di Port Philip itu, embusan angin selatan membuat kami menggigil.

Apa lagi, hari sudah menjelang senja. Suhu udara pun kian dingin. Hal yang membuat takjub, masih ada saja para peselancar yang bermain ombak. Dengan baju rapat ala penyelam, mereka tak peduli gigitan udara yang bisa membuat hipotermia. 

Pantai Brighton tak hanya dikenal dengan suhunya yang kejam. Di pantai itu, ada jejeran rumah kotak beraneka warna. Sebanyak 82 rumah kotak yang digunakan untuk mandi dibangun sejak lebih dari satu abad lalu. Meski begitu, bathing boxes, begitu mereka menyebutnya, tetap tak berubah. Rumah itu menyajikan fitur klasik Victoria dengan rangka kayu, berdinding papan dan atap besi. Walau rumah- rumah itu memiliki rangka seragam, setiap rumah memiliki warna yang berbeda. 

Ada 1.860 bathing boxes yang berdiri di sekitar pantai di Port Philip dan Western Port.

Meski demikian, jejeran kotak di Pantai Brighton memiliki lokasi paling dekat dengan pusat bisnis di Melbourne. Pantai ini pun dilalui jalur trem sehingga cukup mudah dijangkau. Sebagai sisa dari bangunan era lalu, bathing boxes merupakan lokasi yang layak sebagai objek fotografi.

Perginya senja mendatangkan malam. Di Pantai Brighton, tidak ada azan menggema sebagai penanda Maghrib seperti di Tanah AIr.

Hanya, kami sadar sudah waktunya shalat. Tak ada mushala atau fasilitas ibadah di pantai ini.

Soenan pun memandu kami untuk beribadah di salah satu taman di dekat pantai. Dengan menenteng sebuah tikar, dia mengajak kami berwudhu di toilet umum. Lantas, kami pun shalat Maghrib berjamaah di tanah lapang.

Berpeluk cuaca yang menusuk, kami menikmati shalat berjamaah tiga rakaat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement