Senin 19 Sep 2016 14:10 WIB

Riset Jangan Hanya Berakhir di Perpustakaan

Rep: Dessy Suciati Putri/ Red: Yudha Manggala P Putra
 Menristekdikti M Nasir. (Republika/Tahta Aidilla)
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Menristekdikti M Nasir. (Republika/Tahta Aidilla)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) M Nasir menyampaikan pentingnya melanjutkan penelitian atau riset menjadi inovasi-inovasi baru. Inovasi tersebut nantinya dapat memberikan manfaat baik bagi pelaku industri maupun masyarakat pada umumnya.

"Saya tidak mau lagi berpikir riset ini hanya berhenti di library (perpustakaan) saja, tapi harapan kami riset ke depan harus menghasilkan suatu inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat, apakah masyarakat industri atau masyarakat pada umumnya," kata Nasir di gedung BPPT, Jakarta, Senin (19/9).

Ia mengatakan, inovasi pada umumnya tak terlepas dari suatu riset yang dilakukan oleh perguruan tinggi maupun akademisi. Dengan inovasi, kata dia, suatu daerah pun dapat lebih berkembang dan maju serta dapat memperbaiki tingkat perekonomian masyarakatnya.

Karena itu, dalam penyelenggaraan acara Tangerang Selatan Global Innovation Forum (TGIF) 2016 pada 20-23 September mendatang diharapkan dapat menjadi kegiatan inovasi yang berdasarkan kearifan lokal dan budaya.  "TGIF yang sangat penting adalah kita ingin menjadikan kegiatan visinya local based innovation and culture. Kearifan lokal artinya potensi-potensi yang ada di daerah itu. Ini yang sangat penting dibangun dalam TGIF," tambah dia.

Nasir mengatakan, Kemenristek Dikti bertanggung jawab dalam pengembangan sistem inovasi nasional. Pemerintah, sambung dia, juga telah mencanangkan pembangunan 100 Science Techno Park (STP). Menurutnya, saat ini baru terdapat 67 STP yang telah dibangun di bawah tanggung jawab Kemenristek Dikti, Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perindustrian, serta lembaga pemerintahan dan kementerian lainnya seperti LIPI, Batan, dan BPPT.

Sementara Kemenristek Dikti sendiri bertanggung jawab terhadap pengembangan sembilan STP, yakni di Kaur Bengkulu, Riau, Palembang, Surakarta, Sragen, Jepara, Kalimantan Utara, Sumbawa, dan Papua Barat.

"Tanggungjawab dalam pengembangan 100 STP, kewenangan di Kemenristek Dikti tanggungjawabnya 9 STP. Di Kaur Bengkulu, Riau, Palembang, Surakarta, Sragen, Jepara, Kalimantan Utara, Sumbawa, dan Papua Barat Manokwari. Dari 9 Technopark yang dikoordinasi Kemenristek Dikti, ada 4 layak untuk dikembangkan lebih lanjut yang sudah jadi, dan 5 dalam tahap pengembangan," kata dia.

Selain itu, Kemenristek Dikti juga fokus untuk membangun STP di tiap perguruan tinggi. Sementara ini, sejumlah perguruan tinggi yang telah memiliki pusat unggulan inovasi (PUI) yakni di IPB, ITB, UGM, Undip, ITS, Unair, Universitas Brawijaya, Unhas, dan Sumbawa. Diharapkan dari perguruan tinggi tersebut nantinya dapat dikembangkan menjadi STP.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement