Rabu 07 Sep 2016 15:03 WIB

Perlu Manajemen Kelas untuk Siswa Low Vision

Seminar low vision ‘Kenali Gejala Low Vision pada Anak’ di RSI Sultan Agung Semarang.
Foto: Dokumen
Seminar low vision ‘Kenali Gejala Low Vision pada Anak’ di RSI Sultan Agung Semarang.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG – Ketua Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni), Sekar Mustika Intan, menyayangkan masih banyak sekolah yang enggan menerima anak didik penyandang low vision. Padahal, di antara murid atau anak didik penyandang low vision, ada yang bisa berprestasi layaknya anak normal.

"Maka yang dibutuhkan bagi para guru atau tenaga pendidik yakni bagaimana melakukan strategi pembelajaran termasuk manajemen kelas bagi anak low vision" kata Sekar, dalam seminar low vision ‘Kenali Gejala Low Vision pada Anak’ di Hall Direksi lantai 2 RSI Sultan Agung Semarang, Jawa Tengah. 

Sebagaimana diketahui, low vision adalah seseorang yang memiliki ketajaman penglihatan yang menurun atau lemah atau ada kelainan pada luas pandang (visual system). Menurut dia, strategi pembelajaran yang perlu diterapkan bagi anak didik bisa dilakukan dengan cara memodifikasi lingkungan yang ramah.

Misalnya, mendudukkan siswa tersebut di tempat yang terang (dekat jendela), membantu intervensi posisi siswa low vision. Posisi tubuh waktu membaca perlu diperbaiki dengan penyangga buku. “Atau jika mata kanannya terbaik penglihatannya, maka anak duduk di sebelah kiri atau sebaliknya" jelas dia, dalam siaran persnya, Rabu (7/9).

Jika memungkinkan, ujarnya, juga dengan membantu menyediakan material  dan alat bantu bagi siswa low vision. "Contoh pembuatan media kaca hitam yang menutupi halaman bacaan kecuali satu baris tulisan yang terlihat melalui satu celah horizontal atau yang lebih dikenal dengan typoscope" katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement