Selasa 06 Sep 2016 22:21 WIB

Survei: Konsumen Indonesia Lebih Sadar Pola Makan Sehat

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Esthi Maharani
Diet sehat bisa berubah jadi obsesi yang akhirnya merugikan, bahkan justru merusak kesehatan.
Foto: pixabay
Diet sehat bisa berubah jadi obsesi yang akhirnya merugikan, bahkan justru merusak kesehatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konsumen Indonesia kini lebih sadar untuk mempraktikan pola hidup sehat. Salah satunya dengan mengubah pola makan dan pola diet. Saat ini, konsumen lebih selektif dalam memilah program diet yang sesuai dengan keinginan mereka. Kebanyakan sudah mulai tertarik mengkonsumsi makanan dari bahan-bahan organik, rendah lemak, rendah karbohidrat.

Sekitar 80 persen responden Nielsen’s New Global Health and Ingredient-Sentiment Survey mengatakan hampir dua pertiga konsumen (64 persen) mengatakan mereka bersedia membayar lebih untuk makanan atau minuman yang tidak mengandung bahan-bahan yang tidak diinginkan.

“Konsumen kini lebih sadar akan pola makan sehat karena itu mereka ingin menerapkan pola makan yang dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan," ujar Executive Director, Consumer Insights Nielsen Yudi Suryanata dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id Selasa (6/9).

Ini adalah peluang bagi produsen dan peritel makanan. Produsen dapat membantu konsumen dengan menawarkan produk-produk yang diformulasikan dengan fokus pada sensitifitas terhadap makanan atauminuman dan diet khusus lainnya.

Namun demikian, kesehatan dan kebugaran bukan bidang yang dapat menggunakan hanya satu pendekatan. Produsen dan peritel perlu mengidentifikasi segmen-segmen yang berpotensi tinggi, bagaimana mendekati konsumen, dan kemudian menyesuaikan pesan dan produk mereka.

Survei tersebut juga memperoleh hasil bahwa 48 persen dari responden Indonesia mengatakan mereka atau anggota keluarganya memiliki alergi atau sensitif terhadap satu atau lebih makanan atau minuman. Alergi terhadap kerang-kerangan adalah yang tertinggi, dilaporkan oleh 17 persen responden, disusul oleh telur 15 persen dan ikan 13 persen.

Delapan dari sepuluh responden mengikuti diet khusus yang membatasi konsumsi makanan atau minuman tertentu. Halal merupakan faktor yang paling banyak disebut oleh responden (50 persen). Responden juga mengurangi makanan atau minuman yang tinggi lemak (37 persen), gula (30 persen) dan karbohidrat (22 persen).

Konsumen Indonesia juga tidak menyukai bahan-bahan tiruan. Lebih dari tujuh dari 10 (74 persen) konsumen mengatakan bahwa mereka menghindari pengawet buatan, diikuti oleh perasa buatan (72 persen) dan pewarna buatan (71 persen).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement