Ahad 04 Sep 2016 01:02 WIB

Amerika akan Larang Sabun Antibakteri

Dipandang tidak efektif, pemerintah AS akan melarang sabun yang mengklaim antibakteri.
Foto: AP
Dipandang tidak efektif, pemerintah AS akan melarang sabun yang mengklaim antibakteri.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Pemerintah Amerika Serikat akan menghapus sabun anti-bakteri di pasar. Alasannya, sabun biasa dan air lebih efektif membasmi kuman dibandingkan produk sabun anti-bakteri.

Pada Sabtu (3/9), pihak berwenang Amerika Serikat melarang beredarnya 19 bahan kimia sabun anti-bakteri. Karena pabrik dari 19 sabun anti-bakteri tersebut gagal membuktikan produk mereka aman dan dapat membunuh kuman.

"Kami tidak memiliki bukti kalau produk-produk tersebut lebih baik dibandingkan sabun biasa," kata Dr Janet Woodcock, dari Pusat Badan Obat dan Makan Amerika, seperti yang dilansir dari laman Independent.

Associated Press menyatakan sebelumnya ada dua target bahan kimia yang beredar dimana-mana, yakni Triclosan dan triclocarban. Berdasarkan dari penelitian kepada hewan membuktikan dua bahan kimia tersebut mengintervensi tingkat hormon dan membuat bakteri kebal terhadap obat.

Bahan-bahan kimia tersebut sudah lama dalam pengawasan pemerintah. Salah seorang juru bicara dari industri pembersih mengatakan sebagian besar perusahaan pembersih telah menghilangkan 19 bahan yang telah dilarang pemerintah dari sabun dan sabun cuci mereka.

FDA (The Food and Drug Administration) atau lembaga badan obat dan makan Amerika mengatakan akan memberikan lebih banyak waktu kepada perusahaan untuk memberikan data tentang tiga bahan kimia lainnya. Tiga bahan tersebut masih banyak beredar di pasaran.

"Konsumen mungkin berpikir anti-bakteri lebih efektif untuk menghindari menyebarnya kuman, faktanya, beberapa data menujukkan  untuk jangka panjang bahan-bahan sabun anti-bakteri mungkin lebih banyak membahayakan dibandingkan efek bagusnya," kata Woodcock.

Institut Kebersihan Amerika mengatakan FDA sudah memiliki data yang menunjukan keamanan dan efektivas sabun anti-bakteri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement