Senin 22 Aug 2016 17:00 WIB

Terminal 3, Bukan Terminal Biasa

Red:

Republika/Tahta Aidilla        

 

 

 

 

 

 

 

 

Dengan biaya pembangunan mencapai Rp 7 triliun, pantas rasanya menyematkan Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, bukan sekadar terminal biasa. Elegan, modern, dan penuh kearifan lokal menjadi moto dari terminal yang digadang-gadang mampu menyaingi kemegahan Bandara Changi di Singapura.

Aura megah terminal begitu terasa tatkala pengunjung tiba. Kaca-kaca besar dengan tiang menjulang menasbihkan kekokohan terminal karya anak bangsa tersebut. Sebelumnya, publik mengenal terminal ini dengan sebutan Terminal 3 Ultimate merujuk kepada proyek pengembangan dan perluasan Terminal 3 Existing yang telah beroperasi sejak 2009.

Usai dipastikan beroperasi, kata Ultimate dihilangkan. Terminal 3 diproyeksi menjadikan Bandara Internasional Soekarno-Hatta sebagai bandara transit guna mendukung perekonomian dan meningkatkan pariwisata Indonesia.

Bicara keunggulan, Terminal 3 diklaim memiliki sesuatu yang berbeda dengan hadirnya sejumlah fasilitas, seperti baggage handling system (BHS) level 5 yang dapat mendeteksi bahan peledak, airport security system (ASS) yang mampu mendeteksi wajah orang yang masuk daftar pihak berwajib, intelligence building management system (IBMS) guna mengatur pengeluaran air hingga penggunaan listrik, rain water system yang mengolah air hujan untuk digunakan sebagai air bersih, serta people mover berupa kereta listrik tanpa awak untuk memfasilitasi penumpang yang akan melakukan penerbangan lanjutan dan harus berpindah dari satu terminal ke terminal lainnya.

Bahkan, untuk menjamin pemenuhan kebutuhan listriknya, PT Angkasa Pura II (Persero) atau AP II selaku operator menggandeng PT Wijaya Karya dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk untuk membangun dan mengoperasikan PLTG berkapasitas 50-60 MW dengan investasi sekitar Rp 1 triliun yang ditargetkan rampung pada 2017 mendatang.

Sejatinya pengoperasian terbatas Terminal 3 direncanakan pada 20 Juni 2016, tapi harus ditunda karena dianggap belum memenuhi persyaratan terkait standar keselamatan, keamanan, dan pelayanan. Singkat cerita, Kemenhub di bawah komando Budi Karya Sumadi sebagai menteri perhubungan yang menggantikan Ignasius Jonan memberikan lampu hijau kepada AP II untuk soft opening pada 9 Agustus.

Menhub Budi mengatakan, pengoperasian Terminal 3 diharapkan bisa menarik sedikitnya satu juta turis mancanegara per tahunnya. Hal ini karena Terminal 3 akan berfungsi sebagai bandara transit untuk sejumlah penerbangan internasional, termasuk penerbangan dari Australia ke Cina dan India.

Terminal 3 saat ini baru melayani penerbangan domestik Garuda Indonesia. Penerbangan internasional Garuda Indonesia baru sepenuhnya dilayani pada Maret 2017 mendatang. Kapasitas penumpang Terminal 3 saat ini baru 12 juta orang per tahun dan diharapkan pada tahun depan meningkat hingga 25 juta penumpang.

Terminal 3 saat ini dilengkapi dengan dua runway atau landasan pacu yang mampu memfasilitasi 72 pergerakan pesawat per jamnya. Tahun depan, pergerakan landasan pacu akan ditingkatkan menjadi 100 pergerakan pesawat dengan cara membangun east cross taxiway, meningkatkan exit traffic way, dan membangun landasan pacu ketiga. "Runway ketiga sekarang sedang dilakukan pembebasan tanah, diselesaikan pada saat sebelum Asean Games, yaitu pertengahan 2018," kata Menhub Budi.

Akan tetapi, satu per satu persoalan mulai muncul begitu terminal ini resmi dibuka. Pertama, insiden pemadaman listrik yang terjadi tepat hari pertama pengoperasian terminal. Staf khusus Menhub, Dewa Made Sastrawan, mengatakan, pemadaman hanya terjadi di sekitar area lounge Garuda Indonesia dan langsung diatasi dengan cepat.

Kemudian, pemasangan foto yang diduga tokoh Partai Komunis Indonesia (PKI) DN Aidit dalam salah satu lukisan di Terminal 3 juga mendapat sorotam tajam. Plt Dirut PT Angkasa Pura II Djoko Mujatmodjo mengaku sudah meminta penjelasan kepada pelukis dan menarik lukisan tersebut agar tidak menjadi kontroversi.

Persoalan lain adalah adanya kepadatan lalu lintas di jalur kendaraan area kedatangan. AP II meminta penjemput dengan kendaraan pribadi tidak berhenti lama di dekat curb side jalur kedatangan dan diminta memarkirkan kendaraannya di gedung parkir. Persoalan terbaru ialah banjirnya area terminal kedatangan saat hujan lebat melanda wilayah Ibu Kota dan sekitarnya pada Ahad (14/8) yang sontak ramai dipergunjingkan masyarakat.

Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengatakan, kejadian banjirnya Terminal 3 merupakan kasus yang sangat memprihatinkan, bahkan mengenaskan. YLKI meminta manajemen AP II dan Kemenhub melakukan investigasi penyebab banjir dan mengaudit sistem drainase di Terminal 3.

YLKI juga meminta agar diberikannya sanksi terhadap kontraktor. "Ini bagian dari keteledoran kontraktor yang sangat serius," ungkapnya.

Direktur Arista Indonesia Aviation Center (AIAC) Arista Atmadjati mengatakan, banjirnya Terminal 3 akibat persiapan yang belum matang. Ia menyayangkan sejumlah permasalahan yang melanda Terminal 3. Menurutnya, pengoperasian Terminal 3 cenderung dipaksakan.

Padahal, ia katakan, apabila sudah benar-benar rampung, Terminal 3 akan memberikan pelayanan yang maksimal bagi pengguna jasa, selain bangunan megah dan representatif tentunya. "Hanya keburu-buru, sembrono, tidak memperhitungkan mitigasi plan yang terburuk," katanya.

Plt Direktur Utama PT Angkasa Pura II Djoko Murjatmodjo mengatakan, pada saat kejadian, seluruh lubang utama atau main hole saluran air sedang dibersihkan untuk memastikan tidak ada benda-benda, seperti pasir dan sebagainya. "Belum selesai keburu hujan. Hujan tahu sendiri, terminal sebesar ini air hujannya ngumpulnya di depan tadi. Karena di bawah ada yang menghambat, akhirnya berbalik ke atas, tumpahlah di depan-depan itu," katanya.

Ia mengklaim, penanganan atas banjir kemarin dapat segera tertangani dalam waktu 15 menit. Atas kejadian itu, ia menegaskan tidak mengganggu operasional penerbangan lantaran banjir hanya terjadi di area halaman terminal kedatangan.

"Terminal 3 masih dalam tahap pengembangan dan yang saat ini dioperasikan baru sekitar 40 persen dari total yang direncanakan. Hal ini harus dilakukan, mengingat Terminal 3 yang ada harus segera direnovasi untuk diintegrasikan dengan Terminal 3 baru sehingga nantinya menjadi satu kesatuan yang utuh," ujar Djoko.

Sehari berselang, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) meninjau Terminal 3. Dalam kunjungannya, JK menilai banjir karena kurangnya serapan air di sekitar bandara.

JK menilai wajar sejumlah kekurangan yang ada pada Terminal 3. Menurutnya, soft opening yang dijalankan saat ini bertujuan untuk mengetahui kekurangan apa saja yang harus diperbaiki. Selain itu, JK meminta AP II memetakan masalah dan membuat survei agar dapat memberikan layanan dengan memenuhi standarnya. "Yang pertama adalah AP II membuat standar dulu yang ingin dicapai, standar jarak, standar makanan, standar waktu check-in, standar toilet. Mesti distandarkan dulu. Setelah itu dipenuhi standarnya, oke buka secara formal," katanya.

Menanggapi arahan Wapres, Menhub Budi berencana menggandeng sejumlah universitas di Indonesia untuk melakukan survei, seperti ITB, UI, UGM, dan Unpad untuk aspek pelayanan, teknologi, hingga aksesibilitas. "Sekarang pasti banyak sekali yang kurang, tapi nggak apa-apa kita tampung untuk digunakan perbaikan," ujarnya.

Gendang sudah kadung ditabuh. Perbaikan di sejumlah sisi harus dikebut sebelum Terminal 3 ini benar-benar 'jadi' pada 2017. Tahun depan, selain Garuda Indonesia, penerbangan domestik, dan internasional, seluruh penerbangan internasional dari maskapai lain pun akan mendiami terminal ini.     Oleh Muhammad Nursyamsi, ed: Ichsan Emrald Alamsyah

***

Nama: Terminal 3

Pelayanan: Domestik dan Internasional

Maskapai: Garuda (domestik & internasional) dan maskapai dengan penerbangan internasional

Luas total bangunan : 422.804 meter persegi

Panjang : 1 km

Kapasitas : 25 juta penumpang per tahun

Mulai pembangunan : Maret 2013

Operasi perdana : 9 Agustus 2016

Total gate: 28 gate (10 gate internasional, 18 gate/ domestik)

Garbarata: 44 unit

Pelaksana pekerjaan: Kawahapejaya Indonesia, KSO

Pengawas pekerjaan: Cakra Manggilingan-Arkonin, KSO

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement