Senin 22 Aug 2016 10:48 WIB

Ini Dampak Menyeramkan Jika Kelamaan Tidur di Kasur

Rep: Adysha Citra R/ Red: Andi Nur Aminah
Pria tertidur/ilustrasi
Foto: pixabay
Pria tertidur/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Siapa pun pasti pernah merasakan saat-saat di mana ia tak ingin beranjak dari kasur di pagi hari dan berharap bisa terus berbaring di kasur yang empuk. Meski terkesan sebagai impian yang menyenangkan, hanya berbaring di tempat tidur pada dasarnya merupakan 'mimpi buruk'.

Berbaring di atas tempat tidur selama berhari-hari berpotensi menyebabkan beberapa masalah kesehatan. Hal ini diketahui melalui penelitian yang dilakukan oleh National Aeronautics and Space Administration (NASA). Dalam penelitian ini, NASA meminta seorang pria, Andrew Iwanicki, untuk berbaring di tempat tidur selama 70 hari dengan imbalan besar yaitu 18 ribu dolar Amerika atau sekitar Rp 237,6 juta.

Penelitian tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dampak mikro grafitasi terhadap tubuh manusia demi keamanan penerbangan jangka panjang bagi astronot. Selama masa penelitian, Iwanicki pun dibaringkan dengan posisi kemiringan enam derajat ke sudut negatif, di mana posisi kepala agak sedikit lebih rendah. Posisi ini menduplikasi beberapa efek dari grafitasi rendah di luar angkasa

Ketika Iwanicki berdiri untuk pertama kalinya setelah berbaring selama 70 hari, detak jantung pria tersebut melonjak menjadi 150 detak per menit. Di samping itu, Iwanicki juga kesulitan untuk berdiri tegak tanpa mengalami pingsan. "Bukan hal yang mengejutkan tubuh saya bertingkah seperti ini, tentu saja," terang Iwanicki dalam tulisannya di Vice.

Seperti dilansir Huffington, Iwanicki mengatakan berbaring di tempat tidur selama 70 hari membuat volume darahnya menurun. Hanya dalam 70 hari, Iwanicki mengatakan volume darah total dalam tubuhnya berkurang hingga 20 persen.

Melalui Life Noggin, narator Pat Graziosi pun mengungkapkan dampak negatif lain yang ditimbulkan dari berbaring dalam waktu lama di atas kasur normal tanpa sudut kemiringan. Salah satu dampak negatif pertama yang akan timbul ialah luka baring atau ulkus dekubitus.

Luka baring ini timbul karena tekanan dari kasur membatasi aliran darah ke kulit dan jaringan tubuh di sekitarnya. Tekanan yang terlalu besar akan membuat darah yang mengandung nutrisi sulit menjangkau sel di kulit, sehingga sel-sel akan rusak dan mati.

"Jaringan di antara tulang Anda dan tempat tidur berada dalam tekanan yang sangat besar dari berat badan Anda," jelas Graziosi.

Selain itu, berbaring di atas kasur normal dalam waktu lama juga dapat menimbulkan nyeri pada tulang ekor, pinggul serta tulang belikat. Tak hanya itu, tubuh juga akan menjadi lebih lemah, terlebih jika tubuh berbaring tanpa bergerak di atas kasur. Hal ini disebabkan karena otot yang berada dalam kondisi istirahat penuh akan menurun kekuatannya sebanyak 10 hingga 15 persen per minggu, dan dalam tiga hingga empat minggu kekuatan otot menurun hingga hampir 50 persen.

Tak berhenti di situ, daya ketahanan tubuh pun akan mulai menurun sehingga dapat menyebabkan kelelahan. Massa tulang pun akan berkurang sekitar 40 hingga 70 persen dari massa asli tulang sebelumnya. Penurunan massa tulang ini disebabkan oleh peningkatan resorpsi tulang yang cepat.

Dalam setiap dua hari dari imobilisasi, detak jantung akan meningkat satu detak per menit yang diiringi dengan volume darah yang menurun sehingga tubuh kekurangan asupan oksigen. Graziosi juga mengatakan berbaring dalam waktu lama di tempat tidur menyebabkan kecemasan, risiko batu ginjal dan pneumonia meningkat.

"Jadi, meski tempat tidur Anda mungkin terasa nyaman, Anda perlu membatasi waktu yang Anda habiskan di kasur. Percayalah, tubuh Anda akan berterima kasih pada Anda," pesan Graziosi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement