REPUBLIKA.CO.ID, Selain pola makan yang sehat, olahraga yang teratur juga diperlukan demi menjaga tubuh tetap sehat dan bugar. Akan tetapi, melakukan olahraga yang teratur tidak selalu harus berarti pergi ke gym. Berjalan kaki secara teratur sebenarnya cukup untuk menunjang kesehatan tubuh.
Sayangnya, rata-rata masyarakat masih kurang dalam melakukan jalan kaki. Perbandingan rata-rata berjalan kaki warga Inggris pada 1976 dan 2009 bahkan mengalami penurunan hampir 20 persen, dari 408 mil per tahun menjadi 314 mil per tahun.
Agar berjalan kaki dapat memberi manfaat bagi kesehatan, setidaknya diperlukan 10 ribu langkah atau sekitar 5-6 mil per hari. Berjalan kaki dengan jarak 1 mil dalam waktu 20 menit dapat membakar kalori setara dengan berlari sepanjang 1 mil selama 10 menit.
Menurut penelitian, berjalan kaki juga dapat meningkatkan harapan hidup jika dilakukan secara rutin. Berjalan kaki dengan cepat selama 75 menit per minggu dapat menambah harapan hidup hingga dua tahun.
Meski begitu, olahraga berjalan kaki juga perlu memperhitungkan usia. Pejalan kaki yang berusia 25 tahun dan berjalan dengan kecepatan 3 mph hanya akan menggunakan maksimal 30 persen dari total konsumsi energi harian. Akan tetapi, seiring bertambahnya usia, energi yang habis digunakan untuk berjalan kaki dengan kecepatan sama akan semakin besar. Pejalan kaki berusia 75 tahun misalnya, akan menghabiskan 60 persen dari total konsumsi energi harian untuk berjalan dengan kecepatan 3 mph.
Berjalan kaki secara rutin juga tidak hanya membuat tubuh menjadi bugar. Lebih dari itu, berjalan kaki dapat menurunkan risiko beberapa penyakit berbahaya seperti Alzheimer, kanker, depresi hingga stroke. Berjalan kaki 3.500 langkah per hari juga dapat menurunkan risiko diabetes hingga 29 persen.
Berjalan kaki selama empat jam per minggu juga diketahui dapat menurunkan risiko tulang rapuh hingga 43 persen. Untuk menurunkan risiko penyakit jantung sebanyak 19 persen, berjalan kaki selama 30 menit sudah mencukupi. Sedangkan berjalan kaki satu jam sehari dapat menurunkan risiko obesitas hingga 50 persen, dilansir dari Net Doctor.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
