Kamis 28 Jul 2016 14:40 WIB

Kanker Prostat Duduki Peringkat Keenam Penyakit di Indonesia

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Winda Destiana Putri
Kanker Prostat
Kanker Prostat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ahli Urologi dari RS Siloam ASRI Dokter Chaidir Arif Mochtar mengatakan, kanker prostat menduduki peringkat keenam penyakit yang diderita penduduk Indonesia setelah kanker payudara, kanker paru, kanker usus besar, kanker mulut rahim, kanker hati.

"Kalau laki-laki usia 50 tahun ke atas ada masalah berkemih, apalagi kencingnya sampai mampet. Bahkan ada darah di dalam sperma maka harus segera melakukan skrining kanker prostat, jangan dibiarkan sampai parah hingga penderita kanker prostat mengalami nyeri tulang," katanya, Kamis (28/7).

Kalau sampai merasakan nyeri tulang, bahkan ada patah tulang di tulang belakang maka dikhawatirkan bisa lumpuh. Makanya perlu melakukan skrining lebih awal, tak perlu takut.

"Lebih baik melakukan deteksi dini kanker prostat dengan cara skrining. Kalau kanker prostat diketahui sejak awal maka akan lebih mudah pengobatannya, jangan sampai diketahui saat sudah parah," ujar Chaidir.

Mortalitas akibat kanker prostat di Indonesia jumlahnya pertengahan seperti di Iran. Jumlah mortalitas terbanyak akibat kanker prostat ada di Australia dibandingkan dengan jumlah penduduk.

Salah satu penyebab kanker prostat, terang Chaidir, makanan tinggi lemak. Seperti daging,  bistik yang juicy mengandung kadar lemak tinggi.

"Hati-hati juga dengan laki-laki yang senang dengan daging wagyu. Makanan daging semacam itu harus dikurangi dan lebih banyak makan tahu tempe," katanya.

Kurangnya terkena paparan sinar matahari, ujar Chaidir, terpapar logam berat, usia lanjut juga rentan terhadap kanker prostat. Laki-laki yang orangtuanya kena kanker prostat punya risiko delapan kali lebih besar dari teman yang keluarganya tak kena kanker prostat.

"Ras kulit hitam juga lebih rentan terhadap kanker prostat daripada kulit putih, asia, dan hispanik," ujar Chaidir.

Untuk mencegah kanker prostat, terang dia, laki-laki harus banyak mengonsumsi makanan tinggi kedelai, makan tahu tempe, minum teh hijau, tomat, dan makanan yang mengandung anti-oksidan lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement