Kamis 21 Jul 2016 20:43 WIB

'Wejangan' Kepemimpinan Ala Menpar Arief Yahya

Arief Yahya (Ilustrasi)
Foto: Republika/ Rendra Purnama
Arief Yahya (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Menteri Pariwisata Arief Yahya mengeluarkan CEO Message yang kelima, Kamis (21/7). Pesan-pesan khusus terkait dengan manajemen, filosofi, leadership, dan benchmark tokoh-tokoh dunia yang inspiratif setiap Ahad sebelum Rapim (Rapat Pimpinan) yang diikuti oleh Eselon I dan II.

Kali ini, dia menuliskan tema 'First Who, Then What'. "Menentukan orang dulu, setelah itu baru mengatakan keinginanmu!" ucap Arief Yahya.

Berikut, catatan lengkap CEO Message ke-5 Arief Yahya:

'First Who, Then What'

Pilih orangnya dulu, kemudian katakan keinginanmu. Begitu dikatakan Arief Yahya. Dia mengutip Jim Collins dalam buku Good to Great yang menyebutkan bahwa terdapat dua proses besar untuk menggulirkan perubahan di dalam organisasi yang hebat (disebut organisasi Good to Great).

Proses pertama adalah build up yang terdiri dari: Level 5 Leadership, First Who then What, dan Confront the Brutal Facts. Proses kedua adalah breakthrough yang terdiri dari: Hedgehog Concept, Culture of Discipline, dan Technology Accelerators.

Khusus mengenai First Who then What, banyak pemimpin yang lebih memilih pendekatan First What then Who. Mereka seringkali terjebak. Mereka sering mengatakan tetapkan visi, misi, dan strategi, baru kemudian dipilih orang-orangnya. Padahal, menurut Arief, jika mengambil pilihan itu artinya sebuah institusi masih menjalankan Kepemimpinan Level 4 (Level 4 Leadership). Untuk mencapai Kepemimpinan Level 5 (Level 5 Leadership) kita akan memilih First Who then What.

Dimulai dengan “Siapa”

Dalam organisasi Good to Great, yang terpenting adalah memilih orang-orang (who) terlebih dulu, dibandingkan menetapkan apa yang harus dilakukan (what). Bila diilustrasikan dengan sebuah bus, maka transformasi organisasi Good to Great bukan dimulai dari membayangkan ke arah mana bus akan meluncur dan kemudian mencari orang-orang yang mengemudikannya untuk menuju ke sana.

Tetapi yang pertama-tama dilakukan justru mencari orang yang tepat untuk disertakan dalam bus dan baru kemudian membayangkan ke mana bus tersebut akan berjalan. Karena itu, hal pertama yang harus dilakukan oleh pemimpin hebat (Great Leader) dalam memulai transformasi adalah menempatkan orang yang hebat (Great People) di dalam 'bus'-nya. Pemimpin Good to Great menggunakan tiga prinsip dalam memulai sebuah proyek transformasi organisasi.

Pertama, ia selalu memulai transformasi dengan “siapa” (who) daripada “apa” (what). Hal ini memungkinkan si pemimpin untuk beradaptasi terhadap perubahan, seekstrim apapun perubahan yang dihadapi organisasi.

Kedua, bila Great Leader mempunyai Great People berada di dalam “bus”, maka ia tahu persis bahwa sebagian masalah sirna dengan sendirinya. Terutama masalah yang terkait dengan memotivasi dan mengelola orang. Ya, karena Great People akan memotivasi dirinya sendiri untuk selalu memberikan hasil yang terbaik bagi organisasi.

Ketiga, ia juga tahu persis bahwa organisasi dengan arah yang tepat namun diisi dengan orang-orang yang tidak tepat, tidak akan pernah menciptakan organisasi yang hebat (great organization). Kata Jim Collins, “great vision without great people is irrelevant.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement