Kamis 21 Jul 2016 06:03 WIB

Kopi Darat Pewirausaha Sosial

SDF gelar acara temu pewirausaha.
Foto: Ist
SDF gelar acara temu pewirausaha.

REPUBLIKA.CO.ID, Berani menjadi Wirausaha Sosial? (BWS), itulah tajuk buku yang dibahas Sabtu 16 Juli 2016 lalu di Multifunction Room Syamsi Dhuha Foundation (SDF), akhir pekan lalu.

Diskusi melibatkan Sri Rahayu Hijrah Hati dan Kumala Susanto, mewakili tim penulis dari UKM Center FEB UI di acara Kopi Darat Pewirausaha Sosial. Buku BWS ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan panduan maupun motivasi dan inspirasi bagi mereka yang ingin ber-wirausaha sosial (wirsos) ataupun yang sudah terjun menjadi wirsos. 

Secara garis besar, BWS berisi kisah-kisah inspiratif wirsos di dunia maupun Indonesia yang menjadi bukti bahwa wirsos bisa menjadi solusi dari berbagai permasalahan sosial dan pada saat bersamaan juga menghasilkan keuntungan bagi yg menjalankannya. Dalam BWS juga dijelaskan mengenai ekosistem kewirausahaan sosial di Indonesia, konsep dan model wirsos, bagaimana menyusun rencana bisnis yg efektif untuk wirsos serta tips dan trik mempresentasikan ide dan rencana bisnis bagi wirsos. 

Suasana pertemuan berlangsung hangat dan akrab, dimulai dari perkenalan para peserta yang mewakili finalis AJWSB, sahabat odapus, lovi, dan volunteer SDF, serta CIEL SBM ITB.

Dalam pemaparannya, Cici Sunda (panggilan akrab Sri Rahayu) berpendapat bahwa setiap orang dapat menjadi wirausahawan sosial. Menurutnya, menjadi seorang wirausahawan sosial bukanlah berasal dari faktor gen yang diturunkan secara turun temurun, melainkan karena proses dalam diri seseorang yang secara terus menerus baik disengaja ataupun tidak -- berada dalam lingkungan yang menyebabkan kepekaan sosialnya terasah.

Contohnya ada yang dikarenakan sering melihat orangtuanya menjalankan aktivitas sosial, ada yang karena ingin menolong warga di sekitarnya. Semisal yang terjerat utang rentenir, ada juga yang tidak ingin profesi petani berikut dengan hasil-hasil sumber daya alam Indonesia menjadi punah.

Lalu para peserta juga mengungkapkan berbagai alasan mengapa mereka ingin menjadi wirsos. Ada yang karena terbatasnya lapangan kerja bagi para penyandang disabilitas, ingin berbuat lebih dari sekadar berbisnis mencari keuntungan. Adapula yang karena dari semasa kecil sudah berada di lingkungan orangtua yang juga wirsos. 

Salah satu permasalahan yang umum dihadapi wirsos adalah tak mudah untuk dapatkan tenaga pendukung/SDM yg miliki visi dan  misi yang sama. Di sinilah perlu dukungan dari lingkungan, teman, keluarga juga pemerintah dan lembaga pendidikan. Diharapkan juga dukungan dalam bentuk insentif atau kebijakan dari pemerintah, dari lembaga pendidikan berupa penugasan mahasiswanya untuk berikan bantuan sukarela di komunitas sosial atau wirsos yg baru berdiri maupun bantuan para ahli dari berbagai bidang yg dapat menjadi mentor bagi wirsos. 

Salah satu ciri wirsos yang membedakannya dengan bisnis konvensional, adanya niat baik untuk memberdayakan orang lain yang berkelanjutan. Sebagai wirsos, tetap perlu menjaga kualitas produk, menjalankan bisnis dengan profesional, etis dan jujur serta konsisten dengan visi dan misinya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement