Senin 04 Jul 2016 08:01 WIB

Kian Santang Dianggap Melakukan Pelanggaran karena Memeluk Islam

 Suasana kesibukan umat Islam pada bulan suci Ramadhan di Masjid As Salafiyah atau biasa disebut juga dengan Masjid Pangeran Jayakarta, Jalan Jatinegara Kaum, Jakarta Timur, Senin (30/7). (Aditya Pradana Putra/Republika)

Dalam bulan puasa ini, ada hal-hal istimewa yang akan kita dapati bila mengunjungi masjid-masjid tua di Jakarta. Di samping mendapatkan siraman rohani, kita akan mendapatkan pula kisah-kisah heroik perjuangan umat Islam di masa lalu.

Mencontoh fungsi masjid di masa Rasulullah SAW, nasjid tua itu, melalui para jamaahnya, telah mengobarkan semangat perjuangan melawan penjajahan Belanda. Bahkan, pernah dijadikan sebagai markas perjuangan pada masa revolusi fisik (1945-1949) melawan NICA.

Ada Masjid As-Salafiah di Jatinegara Kaum, dekat Pulo Gadung, Jakarta Timur. Masjid ini didirikan oleh Pangeran Ahmed Jakerta, setelah ia hijrah dari Jayakarta pada tahun 1619 akibat gempuran VOC. Di tempat yang empat abad lalu masih terpencil dan berupa hutan belukar itu pangeran membangun masjid yang hingga kini masih diabadikan.

Ini terlihat dari empat tiang utama yang terbuat dari kayu jati yang menjadi penyangganya. Sekalipun sudah delapan kali direnovasi dan diperluas, empat tiang penyanggah ini masih kita dapati.

Dari Masjid As-Salafiah inilah, pangeran Jayakarta dan pengikutnya mengobarkan semangat jihad untuk terus menerus mengusik Belanda. Menurut sejarah versi Belanda, sampai 1670 Batavia tidak pernah aman dari gangguan keamanan akibat aksi gerilya tersebut.

Ketika Sultan Agung menyerang Batavia, Jatinegara Kaum kembali memegang sejarah penting. Di masjid ini kita masih mendapati makam Pangeran Ahmad Jakerta, para keluarga dan pengikutnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement