Di Salatiga Bung Karno terjerat asmara. Sukarno langsung jatuh cinta pada pandangan pertama ketika mereka berkenalan. Saat itu Sukarno dalam perjalanan menuju Yogyakarta untuk meresmikan Masjid Syuhada. Setahun kemudian, Hartini dan Sukarno bertemu saat peresmian teater terbuka Ramayana di Candi Prambanan.
Melalui seorang teman, Sukarno mengirimkan sepucuk surat kepada Hartini dengan nama samaran Srihana. Dua hari setelah Guruh Soekarno Putra lahir, 15 Januari 1953, Bung Karno meminta izin Fatmawati untuk menikahi Hartini.
Alwi Shahab, sejarawan sekaligus wartawan senior Republika menceritakan, Sukarno jatuh hati kepada Hartini berkat sayur lodeh. "Sayur lodeh yang menjadi makanan favorit Sukarno itu menjadi jamuan makan di rumah wali kota Salatiga. Dan rasa sayur yang lezat membuat Sukarno dipertemukan dengan pembuatnya, Hartini," kata Abah Alwi, sapaan akrab Alwi Shahab.
Di Salatiga, kata Abah Alwi, Sukarno pun menuliskan kalimat cinta di secarik kertas untuk Tien, panggilan mesra Sukarno untuk Hartini. "Tuhan telah mempertemukan kita Tien, dan aku mencintaimu. Ini adalah takdir."
(Baca Juga: Cinta di Balik Sayur Lodeh)