Senin 06 Jun 2016 15:13 WIB
Kelahiran Sukarno

Perjalanan Panjang Bung Karno Mengenal Islam

Sukarno
Foto: Gahetna.nl
Sukarno

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Wartawan Republika, Bayu Hermawan

Sukarno sadar Islam bukan hanya sekadar agama mayoritas di Indonesia, lebih dari itu, Islam merupakan sumber kekuatan yang bisa menggerakan rakyat menuju apa yang ia cita-citakan. Namun Soekarno harus melalui perjalanan panjang untuk mengenal lebih dalam tentang Islam.

Sukarno memang bukan masuk dalam kategori tokoh-tokoh pemikir dan pejuang bangsa dari kelompok agama. Pria yang lahir pada 6 Juni 1901 itu, juga bukan berasal dari keluarga yang kental nuansa Islamnya.

Bung Karno lahir dari pasangan Raden Sukemi Sosrodihardjo dan Idayu. Sang ayah meski beragama Islam, namun lebih condong sebagai penganut kejawen atau biasa dikenal 'Islam Abangan', serta seorang anggota teosofis. Sementara Ibunda, merupakan anak dari pandita Hindu-Bali.

 

Pada 1916, Sukarno yang kala itu berumur 15 tahun, harus meninggalkan kampung halamannya dan pergi ke Surabaya untuk melanjutkan sekolah di Hogere Burger School (HBS) -sekolah tingkat SMA saat ini-. Sang ayah menitipkan Sukarno muda kepada seorang rekannya yang bernama Raden Haji Oemar Said Tjokroaminoto. Di 'istana' Raja Jawa Tanpa Mahkota yang terletak di Paneleh Gang 7 itulah, Sukarno mulai mengenal Islam secara lebih intens.

"Aku tak pernah mendapatkan didikan agama yang teratur karena bapak tidak mendalaminya. Aku menemukan sendiri Islam pada usia 15 tahun, ketika aku mengikuti keluarga Pak Tjokro . Masuk satu organisasi agama dan sosial bernama Muhammadiyah. Gedung pertemuannya terletak di seberang rumah kami di Gang Paneleh. Sekali sebulan, dari pukul delapan sampai tengah malam, seratus orang berdesak-desakan mendengarkan pelajaran agama dan ini disusul dengan tanya jawab. Aku mendengarkan dengan penuh perhatian," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement