Jumat 27 May 2016 17:09 WIB

Menkes Prihatin Lihat Tren Anak Muda Merokok

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Teguh Firmansyah
Pembatasan merokok bagi anak-anak (ilustrasi).
Foto: Antara
Pembatasan merokok bagi anak-anak (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA – Kecenderungan perilaku merokok pada generasi muda relatif meningkat dari tahun ke tahun. Terlebih semakin banyak yang mulai merokok sejak usia belia.

Menteri Kesehatan (Menkes) Nila Moeloek mengaku sangat prihatin dengan kondisi tersebut.  “Kondisi ini merata di seluruh provinsi di Indonesia,” kata Nila saat “Peluncuran Iklan Layanan Masyarakat Pengendalian Rokok” Kementerian Kesehatan (Kemenkes) di Hotel JW Marriot, Jakarta, Jumat (27/5).

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, perokok berusia 15 tahun ke atas cenderung terus meningkat. Semula dari 34,2 persen pada 2007 menjadi 36,3 persen pada 2013

Sementara data Global Youth Tobacco Survey (GYTS) 2014 menunjukan prevalensi perokok anak usia 13 sampai 15 tahun sebesar 20,3 persen. Data tersebut juga mengungkapkan anak-anak mengaku pernah melihat iklan promosi rokok di toko (60,7 persen), melihat perokok di TV, video, atau film (62,7 persen) dan pernah ditawari sales rokok (7,9 persen).

Selain itu, sebanyak 70,1 persen responden pernah melihat pesan anti merokok di media. Sementara, 71.3 persen berpikir untuk berhenti merokok karena peringatan kesehatan bergambar.

 Melihat dari data ini, Nila menerangkan, pesan-pesan di tayangan televisi sebenarnya memiliki pengaruh besar. Tayangan bahaya merokok ternyata menjadi perhatian anak-anak. Oleh karena itu, Kemenkes pun mulai meluncurkan Iklan Layanan Masyarakat (ILM) bertajuk Suara Hati Anak.

Baca juga, Merokok Adalah Perangkap Kemiskinan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement