G-7, Momentum Indonesia Dorong Kemitraan Strategis

Jumat , 27 May 2016, 14:50 WIB
 Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi PKS Rofi Munawar
Foto: dok : Humas FPKS DPR RI
Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi PKS Rofi Munawar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konferensi Kelompok Tujuh di Jepang menjadi salah satu peluang bagi Indonesia dalam mendorong kemitraan Strategis. Hal ini disampaikan Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antarparlemen (BKSAP) Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Rofi Munawar, Jumat (27/5).

Rofi meminta Presiden Joko Widodo membawa misi ekonomi yang lebih konkrit dan produktif di forum G-7. Menurut dia, hal ini guna mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

"Presiden Jokowi harus menjadikan momentum pertemuan G-7 sebagai sarana mendorong pertumbuhan ekonomi nasional secara khusus, meneguhkan peran strategis Indonesia di kawasan dan membangun alternatif investasi terhadap berbagai komoditas nasional," kata Rofi, di Kompleks Parlemen DPR RI, Jumat (27/5).

Legislator asal Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini menjelaskan, pertemuan G-7 adalah pertemuan negara-negara yang maju dari sisi perekonomian. Di sana, Indonesia bisa menyampaikan masukan mengenai kondisi ekonomi negara-negara sedang berkembang. Dengan begitu, negara G-7 bisa lebih peduli terhadap pembangunan di negara-negara sedang berkembang, khususnya mengenai pembangunan berkelanjutan, kesejahteraan, dan kesehatan global.

"Presiden Jokowi harus memanfaatkan kesempatan untuk bertemu dengan pemimpin G-7 dan negara lain yg diundang. Presiden punya kesempatan membangun komunikasi dan kerja sama dengan pemimpin negara yang hadir,” papar Rofi dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id.

Ia menambahkan, Presiden Jokowi harus secara khusus membangun komunikasi intensif dengan PM Jepang Shinzo Abe untuk membangun kerja sama ekonomi yang lebih produktif. Seperti memperbaharui sejumlah kerja sama yang sudah jatuh tempo dan mengundang kembali investor Jepang untuk berinvestasi kembali di Indonesia.

Rofi mengingatkan, pertemuan yang dihadiri Indonesia secara prinsip hanya bersifat outreach meeting. Artinya, pertemuan ini mempertemukan negara-negara di luar G-7 yang dianggap punya kendala secara struktural dan memiliki hambatan komunikasi dengan negara G-7.

"Kesempatan Presiden Jokowi untuk bertemu dengan pemimpin negara-negara G-7 disadari sangat terbatas, tetapi ada alternatif untuk bertemu dengan negara-negara non-G-7," kata Rofi. Meski negara-negara di luar G-7 tidak terlalu bernilai strategis bagi Indonesia, usaha-usaha diplomatik tetap layak dilakukan secara optimal.

Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Group of Seven atau yang dikenal dengan G-7 di Ise-Shima, Prefektur Mie, Jepang, pada 26-27 Mei 2016. Ini adalah kali pertama Indonesia diundang untuk berpartisipasi dalam pertemuan G-7. Undangan ini sekaligus mencerminkan pandangan negara-negara anggota terhadap peran Indonesia sebagai salah satu negara besar di Asia.

Selain Indonesia, Bangladesh, Laos, Papua Nugini, Sri Lanka, Vietnam, dan Chad juga turut diundang dalam pertemuan ini.