Kamis , 28 Apr 2016, 16:34 WIB

Kementan Prioritaskan Cukupi Kebutuhan Protein Hewani

Red: Dwi Murdaningsih
Republika/ Wihdan
Pedagang melayani pembeli daging sapi di Pasar Tebet, Jakarta, Ahad (24/4)  (Republika/Wihdan)
Pedagang melayani pembeli daging sapi di Pasar Tebet, Jakarta, Ahad (24/4) (Republika/Wihdan)

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Kementerian Pertanian (Kementan) berupaya memenuhi kebutuhan hewani bagi masyarakat. Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan bahwa daging sapi merupakan salah satu makanan yang kaya akan protein. Namun, pemenuhan protein hewani tidak hanya dari daging sapi, tetapi bisa juga berasal  dari ayam, ikan, dan kambing.

”Untuk mencukupi kebutuhan protein masyarakat, tidak harus daging sapi. Ada sumber protein lain seperti ayam, ikan, dan daging kambing yang kaya akan protein," kata Mentan saat memberikan keynote speechnya pada acara Focus Group Discussion mengenai Ketersediaan dan Stabilitas Harga Daging Sapi, Kamis (18/4).

Dia menjelaskan di saat harga daging sapi yang melambung tinggi, kebutuhan protein bisa dipenuhi dari sumber protein tersebut. Sebagai perbandingan, kandungan protein yang terdapat dalam daging sapi sekitar 20 persen, sementara kandungan protein ayam 24 persen, ikan 17 persen, dan kambing 27 persen.

Meski demikian, tutur Mentan, Kementan telah melakukan beberapa langkah untuk memenuhi kecukupan kebutuhan sumber protein hewani masyarakat khususnya terkait daging sapi di tanah air. Dalam setahun terakhir misalnya, pemerintah mengurangi biaya sewa lahan perhutani untuk ladang pengembangan dari enam juta rupiah per hektar menjadi dua Rp 2 ribu per hektare.

Kedua, pemerintah menghilangkan biaya bea masuk impor indukan dari 5 persen menjadi 0 persen. Ketiga, mengubah kebijakan impor dari country based menjadi zona based. Keempat, memberikan bantuan Inseminasi Buatan secara gratis pada tahun 2015 sebanyak 3,8 juta dan tahun 2016 diberikan 3 juta akseptor sapi betina.

Kelima, Kementan juga mengembangkan 50 Sentra Peternakan Rakyat (SPR). Ini untuk memudahkan pendataan dan monitor ternak sehingga dengan mudah mengetahui ketersediaan daging dan kondisi kesehatan sapi, dan memudahkan penyediaan pakan.

“Selain itu, SPR juga untuk memperbaiki manajemen bisnis sapi dan membangun kelembagaan peternak secara berkelanjutan,” kata Mentan.

Sementara itu, Pakar Pertanian Institut Pertanian Bogor, Rahmat Pambudi mengatakan pemecahan persoalan produksi memerlukan proses jangka panjang. Sedangkan masalah pasokan dan stabilitas harga memerlukan penanganan jangka pendek. Oleh karena itu, pemerintah harus jeli membedakan dan memilah persoalan ini.

“Pemgembangan sapi itu butuh penyelesaian tersendiri bahkan tidak sama caranya. Ada jangka pendek dan jangka panjang,” kata Rahmad.

Video

Setjen DPR RI Komit Berdayakan Perempuan