Kamis 17 Mar 2016 08:52 WIB

Terapi Hiperbarik Juga Bisa Bantu Gangguan Autisme

Rep: Aprilia Safitri Ramdhani/ Red: Indira Rezkisari
Salah satu contoh ruang terapi hiperbarik
Foto: ist
Salah satu contoh ruang terapi hiperbarik

REPUBLIKA.CO.ID, Kasus ledakan yang terjadi di Rumah Sakit Mintohardjo Jakarta beberapa hari lalu cukup membuat publik merasa khawatir. Pasalnya, ledakan tersebut mengakibatkan tewasnya empat pasien terapi Hiperbarik, yang ruangannya terbakar.

Seperti halnya Rita Kiswadi (44), pengusaha kue kering ini beberapa waktu lalu sempat tertarik melakukan terapi tersebut. Atas rekomendasi dari beberapa teman, ia pun sempat mencari-cari beberapa rumah sakit di Jakarta yang menawarkan terapi tersebut.

"Kata teman saya, hiperbarik ini dapat membuat tubuh lebih fit usai terapi. Terlebih bagi saya yang belakangan mengalami gangguan tidur dan sering pegal-pegal," kata dia.

Terapi hiperbarik sendiri menurut dokter umum sekaligus ahli hiperbarik RS Jogja International Hospital (JIH), dr. Darumas Dyah Krisnawati Kusuma Dewi merupakan sebuah terapi medis, dimana pasien menghirup Oksigen (O2) murni 100 persen, dalam suatu ruangan bertekanan di atas tekanan 1 Atmosfer absolute (1 ATA).

"Terapi oksigen ini bermanfaat untuk terapi kebugaran, mempercepat penyembuhan luka, mempercepat penyembuhan pascatrauma, masalah terkait gangguan saraf hingga terapi bagi anak berkebutuhan khusus (autisme)," ungkap sang dokter kepada Republika.co.id.

Secara keseluruhan, terapi ini memanfaatkan mekanisme kerja prinsip hukum fisika melalui kadar oksigen murni dalam tekanan tinggi. Ketika pasien menghirup oksigen murni tersebut, otomatis cairan di dalam plasma darah akan meningkat.

Sehingga konsentrasi oksigen yang larut dalam pembuluh darah juga akan meningkat. Otomatis, oksigen juga dapat dengam mudah masuk ke dalam jaringan tubuh secara optimal.

(baca: 5 Alasan Shopping Baik Bagi Kesehatan)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement