Ahad 13 Mar 2016 16:15 WIB

Masjid Banya Bashi

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID, BULGARIA--Dari 70-an masjid yang pernah berdiri di Kota Sofia, tinggal satu masih berfungsi sebagai tempat ibadah, yakni Masjid Banya Bashi atau Masjid Kadi Seyfullah Efendi di Jalan Maria Luisa. Masjid ini kita temukan di pusat kota Sofia, tak jauh dari patung St Sofia.

Kami singgah di sini ketika sedang berjalan kaki keliling. Sembari menumpang shalat Zhuhur dan Ashar. Tak sulit menemukan masjid ini, Menara masjidnya sudah terlihat dari kejauhan.

Suasana di koridor luar masjid tak terlalu ramai. Seorang bapak menunjukkan toilet dan tempat wudhu. Sandal karet tersedia di sini agar kaki tak dingin ketika sedang berwudhu.

Masjid satu ini usianya lumayan tua. Diperkirakan, ia didirikan pada 1567 ketika Bulgaria menjadi bagian Turki Usmani. Perancangnya adalah arsitek paling masyhur kala itu, Mimar Sinan. Dindingnya terbuat dari potongan batu dan batu bata merah. Satu menaranya khas masjid di Turki, memiliki bagian mirip cincin berwarna putih. Beberapa bagian luar dincing mulai cuil dan atapnya diberi penyangga.

Meski dari luar terlihat sederhana, interiornya istimewa. Sebagian besar dindingnya berhias mozaik keramik bernuansa biru tua. Demikian pula mihrab dan mimbarnya. Bagian dalam kubah berlukiskan kaligrafi dan lukisan dincing cantik. Beberapa belas lelaki baru saja menunaikan sembahyang berjamaah di sini.

Di sebelah masjid berdiri sebuah bangunan cantik. Pemandian air panas Sofia. Bangunan megahnya sama sekali tidak mengesankan sebuah pemandian. Fasad luarnya bergaris-garis cokelat. Atapnya berkubah. Bagian depannya memiliki air muncrat. Di bangku-bangku taman para senior duduk-duduk sembari bercengkerama.

Beberapa puluh meter dari sini, bisa kita temukan sebuah kompleks unik. Kami perhatikan, banyak sekali orang, tua dan muda, mengisi botol-botol air minum. Kebanyakan botol besar lima literan. Agak lama kami memperhatikan ketika seorang lelaki 40 tahunan menyapa dalam bahasa Inggris patah-patah.

"Ini air mineral untuk diminum."  "Gratis, Pak?"  "Iya, mengalir terus setiap waktu. Siapa saja boleh ambil. Sini, coba!" katanya sambil mengajak kami mendekati sebuah keran. Bau besi segera tercium. Airnya hangat ketika masih tenggorokan.

Tepat di depan masjid, ada bangunan penting lainnya di kota Sofia, pasar tradisional Centralni Sofijski Chali. Kami masuk sebentar, memuaskan rasa ingin tahu. Bagian dalamnya bersih dan rapi. Tak tercium bau tidak enak. Pasarnya kering berlantai keramik. Makanan kering, daging, sayur, buah dijual bersama kerajinan tangan warga lokal.  Oleh  Irawati Prilia, penulis seorang traveler, bermukim di Jerman  ed: Nina Chairani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement