Sabtu 12 Mar 2016 19:56 WIB

Iklim, Bencana, dan Penyakit

Red: operator

Perubahan iklim yang terjadi kini merupakan wujud banyaknya perilaku jahat manusia sehingga semuanya rusak dan tidak berfungsi lagi. Menyebar ratanya bencana di Tanah Air sebagai bukti negeri kita sudah rawan bencana.

Bencana itu karena terjadi alami, bisa karena perangai manusia, dan bisa karena teknologi canggih buatan manusia. Secara alami, bencana itu bisa datang tanpa campur tangan manusia. Misalnya, letusan gunung berapi. Namun, akan diperparah dengan banyaknya perangai manusia yang merusak.

Negeri kita termasuk yang paling rusak alamnya. Fungsinya pun tak lagi tampak untuk bisa memulihkan kerusakan itu secara alami. Bencana itu sebenarnya teguran kepada manusia agar kembali ke jalan yang benar dan memahami fungsi ekosistem.

Tentu haruslah kita sadari bencana tidak akan turun merata di bumi jika manusianya beriman. Wujud nyata dari implikasi rendahnya nilai-nilai iman di bumi, yaitu bermunculannnya berbagai jenis penyakit, termasuk penyakit yang diakibatkan nyamuk, seperti malaria dan demam berdarah.

Nyamuk yang menyebabkan penyakit itu dapat berkembang karena rusaknya ekosistem di bumi. Predator alami satu per satu harus musnah akibat perangai kita. Ingat, di alam semuanya mempunyai musuh. Salah satu saja yang punah menyebabkan ketidakseimbangan pada bagian lain.

Saat kelelawar pemakan serangga punah, nyamuk akan berkembang karena tidak ada yang mengontrol populasinya. Katak juga ikut punah. Pada masa lalu, hewan ini sering terlihat, tetapi kini mulai punah.

Berbagai jenis reptil pemakan serangga ikut juga punah sehingga serangga sebagai makanannya ikut makin banyak. Kedepan, bumi kita terus semakin rusak fungsinya sehingga hewan predator tak dapat lagi hidup jika kita tak memperhatikan dan menjaga habitatnya. Sayangnya, itu pun tidak kita lakukan.

Kita membabat hutan hingga hampir hutannya tidak ada. Di perkotaan, kita alihkan terus hutan itu kelahan lain. Dalam hal pertanian, kita terus menggunakan pestisida yang membuat berbagai jenis predator tadi mati.

Semakin tahun semakin banyak pula penggunaan pestisida ini sehingga menyebabkan penyakit yang kompleks. Pestisida membunuh musuh alami dan juga beracun bagi manusia. Jika tinggal di sayuran, langsung dimakan manusia. Kini, kita tidak selesai ditimpa bencana lingkungan dan berbagai jenis penyakit akan bermunculan.

Setiap tahun kita mengalami banjir, setiap tahun kita kekeringan, longsor, dan kita akan mengalami bencana serangga yang banyak. Saat banjir tiba, tanah mampet dan padat. Air hujan pun mengalir di permukaan, bermuara di sungai tapi airnya tak mengalir, air mengalir di got dan saluran.

Banjir bandang berpotensi memperbanyak nyamuk di alam karena lokasi yang menggenang. Penyakit akibat nyamuk juga meningkat. Populasi serangga seperti nyamuk akan meningkat saat banyak air yang menggenang di sungai dan daratan.

Di beberapa daerah yang hutannya rusak, bisa merusak ekosistem nyamuk. Nyamuk yang tinggal di hutan akan berpindah ke lahan pertanian dan perkampungan. Munculnya nyamuk ini realitas bagi manusia bahwa hutan jangan dirusak.

Cara bertani yang tak ramah lingkungan seperti penggunaan pupuk pabrikan yang banyak. Ini salah satu masalah kita kini.

Pertanian dengan inputyang tidak organik menyebabkan biota tanah mati. Padahal, tanah itu dapat gembur jika dihuni berbagai biota tanah dan diberikan unsur hara yang organik.

Banjir itu pun akan diperparah dengan pembangunan jalan raya yang tak dibatasi.

Harusnya, bukan jalan raya yang kita perluas, melainkan menahan agar produksi kendaraan yang tidak bertambah. Sampah domestik berupa plastik dan organik turut membuat lingkungan menjadi banjir.

Meningkatnya suhu di bumi tidak sesuai dengan ukuran juga perubahan iklim.

Penyebabnya tidak lain karena buangan asap kendaraan manusia, baik daratan, lautan, dan udara.

Suhu makin panas karena minimnya luasan hutan di perkotaan, meningkatnya jumlah industri, pembakaran sampah, dan peng gunaan emisi yang berasal dari elektronik. Industri menyebabkan pencemaran CO2, pertanian juga sama, dan sampah yang dibakar dan dibiarkan membusuk akan mengeluarkan gas.

Gas inilah yang menyebabkan suhu semakin panas. Panasnya suhu membuat kepala pusing, migrain, dan hidup tidak nyaman. Manusia akan gampang emosi karenanya serta sulit untuk berpikir jernih. Suhu yang panas juga menyebabkan banyak manusia stres.

Meningkatkan daerah resapan air tidak harus menanam di tanah. Usahakan mena - nam dalam pot, digantung depan rumah agar kota menjadi hijau. Air hujan pun akan diserap oleh tumbuhan tadi sehingga sedikit dapat mengurangi banjir.

Tumbuhan tadi juga akan menetralkan suhu dengan cara membersihkan CO2 di udara dari sisa buangan kendaraan, industri dan lain-lain. Usahakan membuat lubang biopori di setiap rumah, kemudian diisi bahan organik agar biota tanah datang sehingga tanah tidak padat, hujan pun tak mengalir di permukaan.

Kompleksitas masalah kota memang membuat masalah semakin rumit. Hal ini menjadikan kota tidak bebas banjir dan penyakit bertambah banyak.

Masyarakat kita harus sedikit dipaksa tentang aturan agar bumi kita tak banjir karena minimnya luasan lahan untuk resapan air. Jika kita lakukan, genangan banjir bisa diatasi. Cara tak organik dengan membunuh semua musuh alami, akhirnya terjadi ketidak seimbangan.

BAHAGIA 

Penulis, Peneliti, dan Dosen Tetap Universitas Ibn Khaldun, Bogor

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement