Sabtu 05 Mar 2016 21:45 WIB

Pembelajaran Membaca Dinilai Terkendala Keterbatasan Sarana

Anak-anak membaca buku di Perpustakaan Terapung di Taman Ayodya, Jakarta Selatan, Ahad (27/12).  (Republika/Yasin Habibi)
Anak-anak membaca buku di Perpustakaan Terapung di Taman Ayodya, Jakarta Selatan, Ahad (27/12). (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Pakar pendidikan yang juga Guru Besar Universitas Negeri Surabaya Prof Muchlas Samani mengatakan pembelajaran membaca di Indonesia masih terkendala keterbatasan sarana belajar.

"Memang, pembelajaran membaca perlu sarana khusus, termasuk buku. Bahan bacaan yang cocok untuk anak-anak dalam belajar membaca sekarang ini belum ada. Yang ada bacaan orang dewasa," katanya di Semarang, Sabtu (5/3).

Hal tersebut diungkapkan mantan Direktur Ketenagaan Ditjen Pendidikan Tinggi Kemendikbud itu saat "Pelatihan Praktik Yang Baik Dalam Pembelajaran Untuk SD/MI Modul 3" yang digelar USAID Prioritas Jateng.

Muchlas mengatakan membaca berkaitan dengan "skill" atau keterampilan sehingga mesti ada latihan rutin dengan sarana belajar yang cocok, seperti buku yang disesuaikan dengan keterampilan membaca anak didik.

"Persoalannya, buku bacaan untuk belajar itu tidak disesuaikan dengan tingkat keterampilan. Yang ada kan 'Ini Budi, Ini Bapak Budi'. Bukan itu, awal-awal, huruf harus seminimal mungkin, gambar diperbanyak," katanya.

Mantan Rektor Unesa itu mengatakan pembelajaran membaca secara awal memang dimulai dengan pengenalan gambar sehingga anak-anak pelan-pelan akan mentransfer gambar-gambar yang dilihatnya menjadi huruf.

"Ya, memang bangsa Indonesia ini belum punya tradisi 'learning society'. Belum merasa bahwa membaca perlu diajarkan sejak awal. Jadi, bahan bacaan yang ada adalah yang cocok untuk orang dewasa," katanya.

Senada dengan itu, Spesialis Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) USAID Prioritas Jateng Afifudin membenarkan bahan-bahan bacaan pembelajaran membaca yang tersedia masih minim.

"Bahan-bahan bacaan yang tersedia belum buku yang berjenjang. Yang ada, buku-buku belajar membaca secara umum yang disesuaikan dengan kelompok usia, bukan disesuaikan kemahiran membaca," katanya.

Kalau di negara-negara maju, seperti Inggris, Amerika Serikat, dan Selandia Baru, lanjut dia, ketersediaan buku belajar membaca yang disesuaikan keterampilan membaca sudah umum di sekolah-sekolah.

Maka dari itu, Afif mengatakan USAID Prioritas memfasilitasi sekolah-sekolah binaan LPTK yang bekerja sama dengan menghibahkan buku pembelajaran membaca yang berjenjang untuk siswa kelas 1-3 SD atau MI. "Tidak hanya menghibahkan buku, tetapi kami juga memberikan pelatihan kepada guru dan membikinkan program pembelajaran. Jumlah bukunya ada 600 eksemplar untuk masing-masing sekolah," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement