Rabu 17 Feb 2016 18:00 WIB

Dwia Aries Tina Pulubuhu, Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Sulawesi Selatan: Kemaritiman tidak Hanya Bidang Kelautan

Red:

Universitas Hasanuddin memiliki program untuk bisa menjadi kampus riset berbasis internasional. Fokus riset yang akan difokuskan Unhas lebih kepada bidang kemaritiman. Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar, Sulawesi Selatan, Dwia Aries Tina Pulubuhu mengungkapkan, bidang kemaritiman ini sebenarnya sudah jauh hari dicanangkan oleh Unhas sebelum pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla memfokuskan pada bidang maritim. Berikut wawancara wartawan Republika, Wilda Fizriyani, bersama Rektor Unhas, beberapa waktu lalu.

***

Unhas mewacanakan untuk bisa menjadi kampus riset berbasis internasional, apa maksud dari program ini?

Semua kampus sebenarnya memiliki tujuan untuk bisa menjadi kampus riset. Namun, riset kita basisnya lebih pada bidang kemaritiman. Yang kita harapkan hasil penelitiannya bisa menjadi rujukan internasional. Apalagi, untuk pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, sastra, ataupun ikut menyelesaikan masalah-masalah global.

Jadi, misalnya, kalau hasil penelitian itu kan harus dipublikasikan ke jurnal internasional. Nah, dengan tema kemaritiman ini, pasti bisa karena unik. Ini karena mengangkat tema benua maritim Indonesia dan dapat dipresentasikan di forum-forum internasional nantinya. Atau, bisa jadi referensi perkembangan teknologi inovasi yang berbasis benua maritim.

Apakah fokus kemaritiman ini dilakukan karena program pemerintah yang memang salah satu fokusnya adalah bidang tersebut?

Saat ini, sudah ada beberapa universitas yang mulai mengembangkan kemaritiman. Namun, kalau kami, jauh sebelum Presiden Jokowi mencanangkannya. Visi kita sudah berkaitan dengan dunia maritim. Visi kami pada bidang maritim sudah lama, yakni 20 tahun lalu setelah perevisian pada 1980-an, kalau tidak salah. Di situ, Unhas ingin menjadi pusat riset unggulan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berbasis dunia kemaritiman Indonesia.

Mengapan Unhas fokus pada bidang kemaritiman?

Benua maritim ini kita maknai sebagai suatu hal yang unik dan memiliki nilai-nilai unggul. Bisa dikembangkan di berbagai ilmu. Jadi, bukan hanya ilmu kelautan maupun maritim, melainkan ilmu kedokteran dan ilmu pertanian juga bisa. Keunikan maritim itu selain ekosistemnya, sumber daya alam, dan juga kemanusiaannya.

Dari komunitas budayanya juga, misal, kalau kita bicara karakter manusia maritim itu rata-rata orangnya adalah masyarakat pulau. Karena itu, masyarakatnya punya penyakit dan infeksi-infeksi khusus dan ini berarti masuknya ke ilmu medis. Atau, jenis tanaman-tanaman endemik yang hanya tumbuh di daerah tropis maupun kepulauan.

Apa saja langkah-langkah Unhas untuk bisa menjadi kampus riset berbasis internasional?

Pertama, kita membangun roadmap penelitian yang berfokus pada keunikan benua maritim Indonesia itu. Dengan demikian, diharapkan penelitian para dosen nantinya ada hal yang bermanfaat. Orang-orang nantinya tidak berpikir bahwa hasil penelitian maritim ini tidak menjadi milik Unhas semata. Tema kemaritiman dengan ilmu sastra, kesehatan, teknologi, dan sebagainya ini sudah ada roadmap-nya.

Kita juga mengharuskan para dosen untuk membuat kurikulum pembelajarannya yang berbasis penelitian dan berfokus pada dunia maritim ini. Memang tidak mudah, tapi kalau ini jadi keharusan, bisa mengarah yang diharapkan.

Kita meminta dan memfasilitasi peneliti berjejaring dengan mitra internasional. Jadi, ada kolaborasi yang berskala internasional. Dengan demikian, ada kesempatan teman-teman untuk berkolaborasi riset dengan skala internasional. Oleh sebab itu, kesempatan publikasi internasional mereka pun lebih besar.

Selain itu, kita juga mengalokasikan anggaran penelitian dari hibah internal. Hibah ini dari Badan Layanan Umum (BLU) maupun pendapatan murni kita. Kita kasih anggarannya selain dari dana kementerian. Unhas juga mulai secara bertahap memperbaiki fasilitas, seperti laboratorium. Misalnya, laboratorium di kampus maupun di lapangan, kita tingkatkan lagi akreditasinya.

Unhas juga merencanakan untuk mengembangkan bisnis aset, apa yang dimaksud program ini?

Pengembangan bisnis ini akan banyak manfaat yang diperoleh, terutama bagi mahasiswa. Saat ini, Unhas memang telah memiliki cukup banyak aset dan bisnis. Bisnis yang dikelola Unhas di berbagai sektor, terutama kemaritiman, pun terus diberdayakan untuk dijadikan pemasukan universitas. Dana tersebut kemudian bisa dialihkan untuk beasiswa mahasiswa dan sebagainya.

Unhas juga tengah dan sudah mengembangkan teknologi dan salah satunya adalah rumput laut. Rumput laut itu kan produk maritim sekali dan bisa menjadi lahan bisnis. Nah, yang kita lakukan itu bagaimana caranya rumput laut ini bisa multiproduk? Sekarang kita sudah hasilkan untuk pasta gigi. Kita juga sudah bikin rumput laut untuk pangan. Bahkan, mulai diarahkan ke industri untuk menjadi bahan kertas dan bahan tempat kapsul. Bisnis rumput laut saat ini sedang penjajakan dengan Taiwan.

Selain produk rumput laut, bisnis produk apa saja yang dihasilkan Unhas?

Kita sudah punya 45 merek produk yang sudah dipasarkan. Produk cokelat dan delapan lainnya telah mendapatkan paten. Ada produk kopi kami yang sudah diekspor ke Kanada dan ini memiliki keunikan tersendiri. Selain itu, kita juga sudah menjual kepiting lunak hingga diekspor ke Jepang. Kepiting lunak ini berbeda karena bukan dimutilasi, melainkan diinjeksi dengan bayam. Karena itu, perlakuan kepiting ini sangat organik.

Di samping itu, kita sudah menghasilkan madu hutan obat-obatan dan minuman herbal. Semua produk ini dikelola oleh teaching industry yang bertugas untuk memegang produk-produk yang dihasilkan Unhas. Produk-prosuk yang telah dihasilkan ini semua berbasis pada riset.

Bagaimana penghasilan yang didapatkan dari produk tersebut?

Produk itu kan paten dan yang dapat penghasilannya pemilik paten itu. Namun, karena atas nama Unhas, kampus kami pun mendapatkan royalti. Pada dasarnya, Unhas tidak melihat keuntungan tersebut. Yang penting, kita berupaya memberikan tempat bagi teman-teman yang melakukan penelitian untuk jangan cepat puas sampai tahap publikasi saja. Atau, sekadar presentasi di seminar. Namun, mereka perlu memahami bagaimana hasil risetnya bisa bermanfaat untuk masyarakat. Lebih bagus lagi kalau bisa menjadi salah satu sumber pendapatan Unhas.

Apakah program ini melibatkan mahasiswa? Bagaimana caranya?

Tujuan kami terhadap mahasiswa ini kan sebenarnya menginginkan agar mereka bisa memiliki jiwa kewirausahaan. Kalau universitas, arahnya memang ke sana dan itu sama dengan universitas lain.

Setiap mahasiswa kita kasih unit kegiatan mahasiswa (UKM). Mahasiwa yang di UKM dikasih modal oleh kami dan mereka juga kita dampingi bisnis. Sebenarnya banyak produk Unhas (45 merek) ini menggunakan tenaga mahasiswa. Keterlibatan ini jelas membuat mereka punya pengalaman, bisa terinspirasi dan bisa berlanjut pada bisnis yang akan dibuatnya nanti.

Kita memang menggunakan tenaga-tenaga mahasiswa, seperti pembuatan produk cokelat Unhas. Kemudian, pembuatan obat-obatan di laboratorium farmasi yang tenaga pendukungnya adalah mahasiswa.

Unhas dalam renstra kami, proses pembelajaran itu memang harus berbasis pada riset. Jadi, kami berharap semua kurikukum itu bertahap bisa diubah dan mengacu pada hasil riset setiap dosen. Apalagi, setiap dosen kan wajib melakukan riset.

Bagaimana peringkat Unhas sendiri di nasional maupun internasional?

Kalau di nasional, Unhas sudah berada di posisi keenam dalam kategori mutu penelitian dan publikasi internasional. Posisi Unhas di bawah ITB, IPB, UI, UGM, dan Unpad. Jadi, kita masuk kategori mandiri yang artinya kita sudah melampaui batas target universitas dalam publikasinya.

Dari 1.700 dosen pada 2015, hampir 80 persennya sudah melakukan penelitian. Batasan dari kementerian sendiri minimal 40 atau 45 persen setiap tahunnya. Sementara, kita sudah hampir 80 persen, sebagian penelitian yang dihasilkan juga sudah menghasilkan produk dan paten.

Dalam kancah internasional, universitas di Indonesia sendiri masih sedikit yang masuk. Untuk itu, ke depan, dia berharap Unhas bisa masuk peringkat internasional nantinya.

Lalu, untuk jumlah prodi Unhas sendiri berapa saat ini? Dan, bagaimana dengan rasionya?

Program S-1 ada 60 prodi dan hampir 50 persen terakreditasi A. Sebagian lainnya B dan tidak ada yang C akreditasinya. Untuk prodi S-2 sendiri terdapat 43 dan prodi S-3 ada 13.

Pada hakikatnya, semua prodi yang dimiliki Unhas itu unggulan. Hanya, yang paling diminati memang kedokteran dan teknik. Itu di mana-mana memang sama.

Sementara, untuk rasio dosen kita masih ideal. Yang penting, penerimaan mahasiswa dalam satu tahun, kita tidak mau lebih dari 5.000 mahasiwa. Jumlah dosen secara keseluruhan, baik tetap maupun tidak tetap, adalah 2.000 orang. ed: Andri Saubani

***

Sosiologi Sangat Menarik di Mata Saya

 

Dwia Aries Tina Palubuhu sangat menyukai ilmu masyarakat atau yang lebih dikenal dengan sosiologi. Di matanya, bidang studi ini sangat menarik untuk dipelajari. "Karena, saya lihat fenomena di masyarakat itu menarik," ujar Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Sulawesi Selatan, ini kepada Republika.

Wanita berhijab ini mengungkapkan, ada banyak hal yang bisa dia amati dan lihat dari masyarakat. Contohnya tentang alasan suatu komunitas yang sering ribut, sementara ada komunitas lain yang tidak mengalaminya. Kondisi ini jelas membuatnya penasaran dan mencari tahu penyebabnya. "Ada apa di sana? Ada mekanisme apa? Ada mekanisme yang tidak apa sehingga konflik?" kata adik ipar Wakil Presiden Jusuf Kalla ini.

Dwia juga menceritakan bagaimana sosiologi bisa membantunya bisa melihat personalitas orang, misalnnya, orang yang angkuh. Sikap angkuh ini sebenarnya tidak hanya dimiliki personalitas atau individu. Namun, di masyarakat juga terdapat perilaku keangkuhan sosial atau keangkuhan kolektif.

Selain itu, wanita yang berfokus pada sosiologi konflik ini mengungkapkan, sikap cemas yang biasanya dialami secara individu dalam psikologi juga dirasakan masyarakat. Dengan kata lain, adanya kecemasan kolektif seperti masyarakat yang panik. Menurut wanita kelahiraan Lampung ini, hal-hal inilah yang menarik baginya untuk diteliti lebih mendalam.

Kecintaan ketua nasional Ikatan Sosiologi Indonesia (ISI) ini terhadap ilmu tersebut sudah dimulai sejak ia menduduki bangku kuliah S-1. Dwia sempat menempuh pendidikan sarjana bidang studi sosiologi di Universitas Airlangga, Surabaya, pada 1982-1985 dan di Universitas Hasanuddin, Makassar, pada 1985-1986.

Gelar Master of Arts dalam bidang sosiologi ditempuhnya pada 1991-1993 di Department of Sociology and Anthropology, Ateneo de Manila University, Filipina. Sementara, jenjang doktoralia didapatkannya melalui Program Studi Ilmu Sosial Konsentrasi Sosiologi Universitas Hasanuddin pada 2001 hingga 2005.

Sebelum memulai karier sebagai rektor Unhas, ia sempat sibuk di NGO. Dwia acap aktif di gerakan-gerakan keadilan, pemberdayaan masyarakat, perempuan, anak, serta pengetasan kemiskinan. Pada saat ia masih menjabat sebagai wakil rektor IV bidang perencanaan, pengembangan, dan kerja sama di Unhas, dia bersama teman-temannya sempat membuat program pengentasan kemiskinan yang spesifik berbasis keunggulan lokal. Program ini malah tetap digunakan hingga saat ini di Sulawesi Barat (Sulbar).

Dwia merupakan rektor perempuan pertama sejak berdirinya Unhas secara resmi pada 1956. Terselip kebanggaan tersendiri dan membuktikan adanya kesetaraan gender di Indonesia saat ini. Terpilihnya Dwia pada 2104, kata Dwia, karena sebelumnya dia sudah duduk di bangku rektorat sebagai warek. "Saya melihat di arena pendidikan ini tidak ada permasalahan tentang gender. Yang dilihat adalah kualitas dan kompetensinya." Oleh Wilda Fizriyani, ed: Andri Saubani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement