Senin 15 Feb 2016 15:31 WIB

Tiga Kriteria Sumber Air yang Baik Dikonsumsi

Rep: Desy Susilawati/ Red: Andi Nur Aminah
 Salah satu sumber air (ilustrasi).
Foto: Antara/Joko Sulistyo
Salah satu sumber air (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Saat ini air minum sudah banyak tersedia di pasaran, yaitu berupa air minum kemasan. Selai itu, ada juga air yang dimasak dari dapur rumah. Lalu bagaimana sebenarnya kriteria sumber air minum yang baik dan layak dikonsumsi?

Ahli hidrogeologi, Sari Bahagiarti Kusumayudha, mengatakan kita harus memilih sumber air yang baik dan layak dikonsumsi. Namun dalam proses memilih tidak cukup dilakukan secara instan, tapi harus dilakukan semacam survei, penelitian atau investigasi.

“Nah, sumber-sumber air yang selama ini kita gunakan, misalnya oleh Aqua, maupun oleh perusahaan air minum lainnya, itu biasanya mengambil dari sumber air tanah yang dalam. Saya yakin mereka sudah memilihnya, karena tidak mungkin mereka mengambilnya sembarangan," ujar Sari kepada Republika.co.id usai dikusi mengenai Memilih Air yang Baik dan peran Serta Kita dalam Menjaga Kelestarian Air, di Jakarta, belum lama ini. 

Sumber air yang baik untuk dikonsumsi, Sari mengatakan setidaknya memenuhi syarat tiga hal, yakni segi kuantitas, kualitas dan suistainabilitynya. Dari sisi kuantitas, sumber air tersebut harus memenuhi sumber kebutuhan masyarakat disekitarnya. Sementara dari sisi kualitas, mutu air tersebut harus memenuhi kriteria yang telah ditetapkan baik oleh WHO, Kemenkes RI, ataupun Badan Lingkungan Hidup (BLH).

(Baca Juga: Ini Penyakit yang Mungkin Timbul karena Air Minum Terkontaminas).

Ia menambhkan secara kualitas, sumber air yang baik yang secara kasat mata bisa terdeteksi dengan cepat adalah berdasarkan rasa, warna, dan baunya.  “Tidak boleh berwarna, tidak boleh berbau, tidak boleh berasa, bahkan manis sebenarnya tidak boleh,” ujar Rektor Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta ini.

Selain itu air yang baik diminum adalah air yang tidak keruh, tidak mengandung unsur-unsur kimia berbahaya dan tidak mengandung jazat renik (bakteria) berbahaya. Sedangkan dari sisi suistainability, sumber air tersebut harus berkelanjutan. “Jadi supplainya harus tetap, debitnya tidak boleh turun sebelum kita ambil atau ekploitasi,” ujarnya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement