Ahad 24 Jan 2016 20:25 WIB

TEGURAN ALLAH SWT untuk Nabi Daud AS

Red: operator

Nabi Daud meminta ampun kepada Allah SWT atas segala kesalahannya. 

Kisah tentang pertobatan Nabi Daud AS merupa kan cerita masyhur yang banyak bertebaran di referensi-referensi israiliyyat, sebagaiannya, menurut para ahli sejarah, benar, tetapi sebagiannya dinyatakan tak valid karena dan bertentangan dengan risalah tauhid yang agung.

 Mengutip Rangkaian Kisah Alquran Kisah Nyata Peneguh Imansebagai raja yang besar dan nabi mulia, rumah Daud selalu dijaga ketat oleh bala tentaranya.

Tidak ada seorang pun yang diperbolehkan menemui Daud sebelum mendapatkan izin dari penjaga dan sesudah dikonfirmasi oleh Daud sendiri, itu pun jika sepadan dan sesuai dengan rencana pe kerjaan yang sudah ditetapkan oleh Daud .

Pada hari dia beribadah, siapa pun tidak dizinkan masuk untuk mengadukan suatu perkara dan bagitulah seterusnya. Namun, pada suatu hari ada dua orang laki-laki meminta izin masuk untuk menemui Daud sesuai dengan aturannya dua laki-laki itu tidak diperbolehkan masuk. 

Karena yang datang itu bukan manusia biasa, akhirnya dua laki-laki itu bisa masuk kekamar Daud tanpa diketahui oleh satu pun penjaga.

Dua orang yang mendesak masuk tadi merupakan malaikat yang Allah SWT yang diutus untuk memberikan peringatan dan pengajaran kepada Daud. Dialog antara Daud dan dua ma laikat itu diabadikan dalam Alquran surah Shaad ayat 22 sampai 24.

Alangkah terkejutnya Daud melihat kedatangan dua tamu itu, padahal dia tidak pernah mengizinkannya untuk masuk. Sebelumnya, Daud tidak mengira bahwa yang datang adalah malaikat yang Allah SWT utus.

Daud kaget dua orang itu sudah ada di sampingnya dalam kamar. Karena melihat Daud terkejut akhirnya dua tamu menenangkannya sambil menyampaikan maksud dan tujuannya me nemuinya. 

"Kami ini dua orang bersaudara yang bertentangan satu sama lain. Maka, berilah kami hukum yang benar atas pertentangan dan perselisihan kami, tetapi jangan dihukum de ngan cara yang tidak adil. Tunjukilah kami kepada jalan yang sebaik-baiknya," pinta dua tamu itu.

Mendengarkan permintaan dua tamunya itu, Daud tidak dapat menolak perkara yang sudah ada dihadapannya. Daud mengaku siap memberikan keputusan setelah mendengarkan cerita dari masing-masing tamu itu. "Jadi, apa yang membuat kalian berselisih," tanya Nabi Daud.

Setelah dizinkan untuk menyampaikam, satu di antara dua tamu itu menceritakan bahwa saudaranya memiliki 99 ekor kambing, sedangkan dirinya hanya mempunyai seekor kam bing. Tetapi, saudara yang memiliki 99 ekor kambing itu meminta satu kambing miliknya agar menjadi genap 100 ekor kambing.

"Tuntutan ini sudah beberapa kali aku tolak, tetapi dia membantah dengan kata-kata yang fasih, sehingga aku kalah," keluhnya. Marah Mendengarkan cerita itu, merah padamlah muka Daud kerena marah.

Dengan badan gemetar dan suara yang keras, Daud berkata kepada orang yang menuntut itu. "Tuntutanmu itu tidak baik. Jika engkau tetap menuntut demikian maka akan kami pukul dahi dan hidungmu itu," ancam Daud .

Baru saja Daud berkata demikian, orang yang menuntut itu berkata. "Engkau yang seharusnya dipukul karena engkau sudah mempunyai 99 orang istri, lalu mengambil istri Oria bin Hanna, sedangkan Oria bin Hanna hanya mempunyai istri seorang saja," katanya.

Mendengar kata-kata yang jelas dan tepat itu, Daud menundukkan kepalanya dan badannya gemetar. Terbukalah kepadanya hakikat keadaan yang dihadapinya itu bahwa yang dihadapannya itu adalah dua malaikat yang ditugaskan Allah SWT untuk memberikan peringatan kepadanya. 

Daud lalu tunduk dan sujud meminta ampun kepada Allah SWT atas kekeliruannya. Kemudian, Allah segera memberi ampun dan menerima tobat Daud seperti diabadikan dalam Al quran Surah Shaad ayat 25.

"Maka, Kami ampuni baginya kesalahannya itu. Dan, sesungguhnya dia mempunyai kedudukan dekat pada sisi Kami dan tempat kembali yang baik."

Pernikahan Teguran ini bermula ketika Daud, konon (kisah ini masih diperdebatkan) menikahi perempuan dari salah satu bala tentaranya yang diutus ke medan perang, Oria bin Hanna. Perempuan tersebut bernama Sabig binti Syaik.

Keduanya menikah dan mencoba mengarungi bahtera rumah tangga dengan penuh kedamaian dan kasih sayang. Hingga, perintah berperang itu tiba.

Raja memerintahkan segenap lelaki yang mampu berjihad untuk berangkat ke medan perang, termasuk Oria. Berat hati Oria sebenarnya untuk melangkahkan kakinya ke medan perang. Dia tidak ingin ketidakberuntungan di medan perang memisahkannya dengan sang istri. 

Keduanya sudah saling nyaman dalama melalui kehidupan, sehingga terpisah sebentar saja pun sampai menguraikan air mata. "Kewajiban terhadap tanah air dan agama di atas segala kewajiban. 

Kewajiban yang harus ditunaikan sekalipun akan menyebabkan membanjirinya air mata dan darah," kata Oria kepada istrinya tercintanya. Mendengar jawaban itu, istri Oria Sabig hanya menangis dan memeluk erat tubuh suaminya. "Semoga, Allah SWT menjaga keamananmu di sana aku mencintaimu," katanya masih dalam pelukan Oria.

Di medan perang pertempuran terjadi begitu sengit tidak ada putusnya. Karena sama-sama kuat, perang itu bukan berjalan dalam satu dua hari saja, tetapi puluhan, bahkan ratusan hari juga tetap belum berkesudahan. 

Pikiran Oria bin Hanna ketika dalam pertempuran selalu membayangkan pelukan mesra istrinya dari bayangan itulah dia berdoa. "Ya Allah, semoga perang ini segera berakhir dengan kemenangan yang gemilang," kata Oria dalam doanya.

Namun, perang yang di hadapan Oria semakin sengit, sehingga waktu perang menjadi panjang. Yang paling mengiris hatinya ketika Oria mendengar kabar bahwa istrinya dinikahi raja yang memerintahkannya untuk berperang.

Dia tidak menyangka bahwa perintah raja selain mengambil kebahagiaanya sekaligus juga mengambil sumber kebahagian yang datang dari istrinya.

Kecantikan dan ketangkasan istri Oria bernama Sabig binti Syaik membuat hati raja bergetar dibuatnya, akhirnya daripada menimbulkan fitnah terhadap keluarga, raja meminang Sabig. 

Meski masih sebagai istri Oria, Sabig dan keluarga menerima lamaran raja karena Oria tidak kunjung ada kabar, apalagi terakhir dikabarkan telah tewas. Pernikahan Raja dengan Sabig pun selesai digelar. 

Semenjak pernikah dengan Sabig binti Syaik ini, meski bukan pernikahan yang pertama, melainkan pernikahan yang ke-100 kali ini dirasanya lebih mengembirakan hatinya.

Dengan demikian, dalam menjalankan tugas setelah pernikahan raja terlihat bergairah.

Raja kembali mengatur pola kerjanya demi bisa memenuhi kewajiban sebagai kepala negara dan kepala dalam rumah tangga. Raja membagai waktunya kepada empat hari.

Hari pertama untuk kepentingan dirinya sendiri, hari kedua untuk kepentingan kepada Allah SWT, hari ketiga untuk menghukum dan mengurusi permasalahan umat, dan hari keempat untuk mengajar dan memimpin rakyat kejalan yang dikehendaki Allah SWT.

Dari kisah ini, Allah SWT memperlihatkan kepada manusia dan Daud bahwa baik perkara kecil maupun besar, tetap diperhatikan Allah SWT. Bukan saja terhadap manusia biasa, tetapi juga terhadap orang-orang pilihan Allah SWT, nabi-nabi mulia, dan rasul-rasul yang suci. c62, ed: Nashih Nashrullah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement