Senin 18 Jan 2016 13:00 WIB

Pembangunan Stasiun Sudirman Baru Masih Nihil

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID,

Kualitas pelayanan kereta bandara diharapkan setara dengan kereta api eksekutif. 

PT Kereta Api Indonesia (KAI)

menargetkan kereta rute Stasiun Manggarai-Bandara Soekarno Hatta (Soetta) sepanjang 36,3 ki lo meter (km)

dapat ber ope rasi pada awal 2017. Saat ini, KAI fokus untuk membebaskan lahan demi membangun rel sepanjang 12,1 km dari Stasiun Batu Ceper menuju Bandara Soetta.

Salah satu infrastruktur pendukung yang juga dikerjakan KAI adalah pemba ngunan Stasiun Sudirman Baru yang di khususkan untuk penumpang tujuan Ban dara Soetta.

Stasiun yang direncanakan terdiri atas tiga lantai dan terintegrasi dengan Mass Rapid Transit (MRT) tersebut dibangun di depan Hotel Shangri-La.

Berdasarkan pantauan Republika, pembangunan stasiun tersebut dapat di kata kan masih nihil. Di lokasi yang berada di tepi Kanal Banjir Barat tersebut belum ada tanda-tanda pengerjaan fisik proyek. Pun, dengan pekerja maupun alat berat tidak ada sama sekali.

Kondisi di sekitar proyek masih ada rumah semipermanen ataupun gubuk yang kerap digunakan warga, baik untuk tinggal atau sekadar beristirahat. Bahkan, di sebe rang pagar pembatas yang dibuat PT KAI di antara jalur kereta Stasiun Sudir man hingga Karet ada permukiman warga yang mengaku telah mendiami kawasan tersebut sejak sebelum 1970.

Salah satu warga sekaligus mantan ketua RT 13 RW 04, Kelurahan Kebon Me lati, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Hotman Manik mengakui memang su dah ada pembicaraan antara KAI dan war ga soal pem ba -ngunan Stasiun Sudirman Baru. Ia mengatakan, pembicaraan dengan KAI sudah dijalin sejak sekitar September tahun lalu. Namun, hingga saat ini, ia dan warga belum mengetahui tindak lanjut pertemuan tersebut.

\"Diberitahu kalau ada proyek Stasiun Sudirman Baru yang pakai tanah KAI di sebelah permukiman kami, jadi kami merasa aman karena tidak bakal kena gusur. Saat itu juga dikasih tahu bakal ada pekerja dan kendaraan proyek yang bakal lalu lalang di sekitar pemukiman kami,\" katanya kepada Republika, Selasa (12/1).

Hotman melanjutkan, saat pertemuan itu, ia mewakili warga RT 13 setuju pem bangunan stasiun, asal tidak ada relokasi. Menurut dia, KAI berjanji tidak perlu meng gusur warga setempat. Meskipun, ia membenarkan, jika warga ada yang belum memiliki sertifikat tanah atas nama pribadi.

\"Kita sudah lama tinggal di sini suka bayar pajak, listrik, dan air juga. Tapi, kalau sertifikat sihmemang enggakada,\" 

ujar nya.

Salah satu warga RT 13 RW 04, Warni, mendukung penuh pembangunan stasiun baru di dekat rumahnya. Yang membuat nya gembira, KAI berjanji tidak akan meng gusur warga sekitar. Karena itu, ia ber harap, dengan adanya Stasiun Sudirman baru dapat menggeliatkan perekonomian warga di lingkungan tersebut.

\"Kita memang banyak pendatang di sini, kalau bisa sihkita berharap bisa berdagang di stasiun itu,\" katanya.

Warni yang membuka usaha rumah makan sederhana menargetkan penumpang kereta bandara bisa singgah di kedainya. Dia juga yakin, pegawai stasiun juga bakal menambah pundi-pundi pendapatannya lantaran makanan yang dijual nya harganya cukup bersaing. Dengan dibangunnya Stasiun Sudirman Baru, ia dan warga sekitar mendapatkan dampak positif.

\"Kita mendukung pembangunan ka rena usaha kita bisa ada peningkatan tuhpastinya,\"

ujar Warni.

Direktur Utama KAI Edi Sukmoro menyatakan, Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2011, mengamanatkan pembangunan infrastruktur penunjang kereta bandara sepenuhnya menjadi tanggung jawab KAI. Cakupan pengerjaan KAI mulai dari revitalisasi Stasiun Manggarai dan juga pembangunan Stasiun Sudirman Baru.

Edi meyakini, pembangunan stasiun baru itu akan selesai sebelum kereta bandara beroperasi pada awal 2017. Stasiun Sudirman Baru, sambung dia, bakal diker ja kan PT Waskita Karya. "Kalau Stasiun Sudirman Baru itu sekitar delapan bulan juga selesai," katanya, belum lama ini.

Kepala Humas PT KAI Agus Komar udin optimistis, proyek stasiun yang bersebelahan dengan Stasiun Sudirman itu dapat selesai tepat waktu. Dia menyatakan, spesifikasi Stasiun Sudirman baru sudah ada dan pembangunannya dilakukan pem bangunan secara bertahap. Keyakinannya itu didukung dengan tiadanya perma salahan lahan di lokasi.

Agus menjelaskan, Stasiun Sudirman Baru berkonsep city air terminal. 

Sehingga, Commuter Line atau KRL tidak berhenti di situ.

Agus mengatakan, untuk membangun Stasiun Sudirman Baru diperlukan lahan seluas 23 ribu meter persegi. \"Rencananya, lantai dasarnya untuk jalur kereta dan peron.

Fasilitas pelayanan standar, seperti WC atau mushala sudah pasti ada,\" kata nya.

Direktur Utama PT Railink Heru Kuswanto mengatakan, kualitas pelayanan kereta bandara setara dengan kereta api (KA) eksekutif. Ia menyebut, kereta bandara berkualitas premium bagi para penumpangnya. Meski tarifnya terbilang mahal, ia merasa fasilitas yang ditawarkan cukup sepadan. Salah satunya, kereta berhenti di Stasiun Sudirman Baru yang dirancang modern.

"Konsep keretanya premium, jadi 100 persen keretanya baru, pemberlakuan penomoran tempat duduk dan ada free wifibagi penumpang," katanya, Rabu (6/1).

Proyek kereta bandara itu menjadi tanggung PT Railink yang merupakan anak usaha dari PT KAI dan Angkasa Pura (AP) II. Jarak 36,3 km akan ditempuh selama 56 menit.

Railink akan mengoperasikan 124 perjalanan dan ditargetkan mengang kut 33 ribu penumpang. Selaku operator, pihaknya berharap proses pembangunan jalur tersebut bisa lancar sesuai jadwal.

Sekjen Masyarakat Transportasi Indo nesia (MTI) Ellen Tangkudung mengata kan, target penyelesaian stasiun Sudirman baru memungkinkan jika saat ini sudah ada desainnya.

Selain itu, menurutnya, pem bangunan pun seharusnya sudah mulai dilakukan secara bertahap. Selain itu, demi memfasilitasi penumpang maka sebaiknya desain stasiun sudah terintegrasi moda transportasi lain, se - hing ga suatu saat tidak perlu ada perombakan untuk disatukan dengan Transjakarta atau MRT.

"Mungkin selesai kalau dari sekarang sudah didesain secara bertahap. Kalaupun (infrastruktur) lainnya belum terbangun, tapi harusnya ada desain integrasinya," katanya kepada Republika, Selasa (12/1).

Selain itu, Ellen menyebutkan, tiga syarat stasiun penunjang transportasi, bisa dibangun dengan cepat. Pertama, tidak ada proses pembebasan lahan yang memakan waktu.

Kedua, penyelesaian proses ad ministrasi yang tidak berlarut-larut. Ketiga, penggunaan teknologi tinggi dalam pem bangunannya. 

\"Teknologinya harus bagus, kalau pakai teknologi konvensional sihtidak bisa selesai tepat waktu,\" jelasnya. (c33, ed:erik purnama putra)

Stasiun Transit Harus Terintegrasi

Sekjen MTI Ellen Tangkudung menyarankan, pembangunan stasiun transit menuju Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) harus saling terhubung dengan transportasi lain.

Dia menilai, kalau fasilitasnya tidak saling terhubung, bisa merepotkan penumpang kereta bandara. Karena itu, ia mendukung Stasiun Sudirman Baru yang terintegrasi dengan MRT dan Transjakarta.

\"Itu harus dipikirkan kalau tidak terintegrasi ya bakal merepotkan penumpang karena kankalau naik pesawat bawa koper tuhpasti repot,\" katanya, belum lama ini.

Ellen mengkhawatirkan, jika kereta bandara tidak terintegrasi maka penumpang akan kecewa.

Dampaknya tentu bisa menurunkan jumlah penumpang kereta bandara. Di sisi lain, ia menilai, layanan kereta bandara akan efektif. Sebab, banyak masyarakat pengguna kendaraan pribadi ke bandara sebenarnya ingin beralih agar tidak terkena kemacetan.

\"Saya rasa banyak orang menunggu kereta bandara ini ya soalnya kansekarang cuma ada bus Damri yang melayani ke bandara,\" ujarnya, Dia mengakui, tingkat kemacetan menuju Bandara Soetta sudah tergolong parah. Apalagi, mayoritas pengguna jalan adalah kendaraan pribadi.

Sehingga, dengan adanya kereta bandara, diharapkan masyarakat beralih pilihan transportasi.

Dengan itulah, kemacetan menuju dan dari bandara bisa terurai.

\"Kereta bandara akan mengurangi tingkat kemacetan di jalan tol menuju dan dari bandara,\"

jelasnya. (c33, ed:erik purnama putra)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement