Kamis 14 Jan 2016 08:55 WIB

Hubungan Silaturahim Terbukti Sanggup Sehatkan Tubuh

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Indira Rezkisari
Rajin menjalin hubungan dengan teman, saudara, dan kerabat, ternyata sanggup mengusir jauh penyakit.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Rajin menjalin hubungan dengan teman, saudara, dan kerabat, ternyata sanggup mengusir jauh penyakit.

REPUBLIKA.CO.ID, Satu studi terbaru mengungkap, meningkatkan hubungan silaturahim dengan teman dan keluarga dapat mengurangi risiko penyakit pada setiap tahap kehidupan manusia. Sebaliknya, mengisolasi diri dari kehidupan sosial justru membawa dampak buruk terhadap kesehatan kita.

Penelitian yang dilakukan tim dari National Academy of Sciences (NAS) sejak dekade 1980-an lalu menemukan fakta cukup menarik. Di situ dikatakan, orang yang tidak memiliki hubungan pertemanan, keluarga, atau pergaulan dalam masyarakat memiliki risiko mati muda 50 persen lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang gemar bersosialisasi.

“Bahkan, mengisolasi diri dari lingkungan sosial memiliki dampak kesehatan yang sama buruknya dengan kebiasaan merokok atau tidak berolahraga,” tulis para peneliti dari lembaga ilmu pengetahuan AS itu, seperti dilansir Guardian, Kamis (14/1).

Dalam studinya, tim peneliti mengungukur beberaoa indikator yang dapat memicu penyakit di kalangan partisipan. Di antaranya mencakup tekanan darah, indeks massa tubuh (IBM), ukuran lingkar pinggang, dan tingkat protein C-reaktif (penanda peradangan).

Selanjutnya, peneliti mengajukan beberapa pertanyaan seperti seberapa sering para partisipan menjumpai keluarga, seberapa dekat mereka dengan ibu mereka, dan seberapa jauh teman-teman atau pasangan mereka peduli terhadap mereka.

Secara keseluruhan, hasil penelitian menunjukkan, hubungan sosial memiliki pengaruh signifikan terhadap kesehatan manusia di setiap tahapan kehidupan mereka. Pada usia remaja, isolasi diri dari lingkungan sosial dapat meningkatkan risiko seseorang untuk memiliki tingkat protein C-reaktif lebih tinggi daripada mereka yang suka bergaul.

“Sementara, pada usia dewasa madya (40–60 tahun), kualitas hubungan yang baik dapat melindungi seseorang dari obesitas,” ungkap peneliti, Kathleen Mullan Harris.

Ia menuturkan, tanpa interaksi dan dukungan sosial, tubuh manusia secara kronis bakal terkena dampak hormon stres (seperti kotisol dan adrenalin) lebih banyak daripada batas yang sewajarnya. Hal itu pada akhirnya dapat memicu peningkatkan risiko tekanan darah tinggi, penimbunan lemak di pinggang, diabetes, dan penyakit jantung.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement